
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Jalan rusak di Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut,Jawa Barat menjadi bukti nyata bagaimana kebutuhan dasar warga sering kali diabaikan, bahkan ketika letaknya hanya berjarak ratusan meter dari pusat pemerintahan daerah.
Lubang-lubang menganga, jalanan bergelombang, dan genangan air saat hujan bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga mengancam keselamatan pengendara yang melintas setiap hari.
Kerusakan jalan ini bukan hal baru. Warga setempat menyebut kondisi tersebut sudah berlangsung cukup lama. Sayangnya, sejauh ini belum ada tindakan nyata dari Pemerintah Kabupaten Garut untuk memperbaikinya.
Warga: Hati-Hati atau Terluka
Setiap hari, pengendara motor maupun mobil yang melintas harus ekstra waspada. Jalanan penuh lubang yang sulit diprediksi, apalagi saat hujan turun dan air menutupi lubang-lubang itu.
“Kalau malam dan hujan, kami harus sangat hati-hati. Banyak yang hampir jatuh, bahkan saya sendiri pernah terpelanting karena roda masuk ke lubang yang tertutup air,” ujar Yogi (34), seorang pengemudi ojek online yang mengaku selalu lewat jalan tersebut karena menjadi akses utama ke beberapa kawasan permukiman dan pusat perbelanjaan. Minggu, (01/06/2025).
Keluhan yang sama juga diungkapkan oleh Siti (40), warga yang tinggal tak jauh dari lokasi. Ia mengaku heran karena jalan yang rusak ini berada begitu dekat dengan Kantor Bupati Garut, namun seolah luput dari perhatian.
“Bayangkan, dari kantor bupati ke sini mungkin hanya butuh waktu lima menit jalan kaki, tapi sampai sekarang belum juga diperbaiki. Kami bingung, apakah pemerintah tidak pernah melintas ke sini, atau memang sengaja tidak peduli,” ujarnya.
Infrastruktur Dasar yang Terabaikan
Kerusakan jalan di Sukajaya menyorot masalah yang lebih besar: lemahnya perhatian terhadap infrastruktur dasar. Jalan merupakan urat nadi aktivitas masyarakat. Ketika akses jalan rusak parah, bukan hanya kenyamanan yang terganggu, tapi juga berdampak pada ekonomi, pendidikan, dan pelayanan sosial.
“Anak saya berangkat ke sekolah setiap hari naik motor bareng saya. Tapi kami selalu takut, karena jalannya rusak dan licin saat hujan. Ini bukan soal sepele, ini menyangkut keselamatan,” tambah Siti.
Sejumlah warga lainnya mengaku sudah sering menyampaikan keluhan, baik secara langsung maupun melalui media sosial, namun belum pernah mendapat jawaban ataupun kunjungan dari pihak terkait.
Aktivis: Pemerintah Harus Bangun Kepekaan
Kondisi jalan rusak di tengah pusat pemerintahan ini juga memicu keprihatinan dari sejumlah elemen masyarakat sipil. Abdul Rahman, tokoh pemuda dari Forum Pemuda Peduli Garut, menilai bahwa lambannya perbaikan menunjukkan minimnya kepekaan pejabat terhadap masalah yang dirasakan langsung oleh warga.
“Ini soal political will. Kalau pemerintah daerah benar-benar mau turun tangan, tidak perlu menunggu viral atau instruksi pusat. Jalan ini dekat dengan kantor bupati, bukan di pelosok. Kalau yang dekat saja tidak diurus, apalagi yang jauh?” kata Abdul Rahman.
Ia juga mengingatkan bahwa kerusakan jalan bukan hanya menurunkan kualitas hidup warga, tetapi juga bisa menjadi cerminan buruk bagi wajah pemerintahan daerah di mata publik.
“Pemimpin itu bukan hanya hadir di baliho dan acara seremonial. Hadir juga harusnya di jalan-jalan rusak, di tempat warga mengeluh. Itu baru namanya pemimpin yang berpihak pada rakyat,” tambahnya.
Kelurahan: Sudah Berkali-Kali Diajukan
Dikonfirmasi secara terpisah, pihak Kelurahan Sukajaya membenarkan bahwa jalan tersebut merupakan jalan kabupaten dan berada di bawah kewenangan Pemerintah Kabupaten Garut.
“Kami dari kelurahan sudah menyampaikan permohonan perbaikan berkali-kali kepada instansi terkait di tingkat kabupaten. Namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” ujar seorang staf kelurahan yang enggan disebut namanya.
Ia juga menyebut bahwa pihak kelurahan beberapa kali menerima laporan dari warga, bahkan pernah mengirim dokumentasi kondisi jalan secara resmi ke dinas terkait. Namun, hingga saat ini, belum ada realisasi.
Sorotan Publik Jadi Harapan Baru
Warga berharap, sorotan media ini dapat menjadi pemantik agar pemerintah segera bertindak. Mereka ingin janji-janji perbaikan infrastruktur tidak hanya berhenti di rapat atau dalam rencana kerja, tetapi benar-benar diwujudkan di lapangan.
“Buat kami, jalan bagus itu bukan mewah, tapi kebutuhan. Kami bukan minta yang mulus seperti jalan tol, cukup aman dan layak dilalui saja,” kata Yogi.
Kini, warga Sukajaya hanya bisa menunggu, sembari tetap berjibaku dengan jalanan yang rusak setiap hari. Mereka tidak meminta banyak, hanya ingin hak dasar mereka sebagai warga dipenuhi, dimulai dari jalan yang layak untuk dilalui. (**)