
Ruangrakyatgarut.id — Suara warga Desa Sindangsuka, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, menggema lantang di Aula Desa Sindangsuka, Kamis (23/10/2025). Ratusan warga menghadiri musyawarah terbuka dengan pihak manajemen PT. Ultimate Noble Indonesia (PT. UNI), menuntut kejelasan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan yang telah lama beroperasi di wilayah mereka.
Pertemuan yang dihadiri Kepala Desa, Ketua MUI, Ketua BPD, perwakilan BUMDes, dan tokoh masyarakat itu berubah menjadi forum desakan keras terhadap pihak perusahaan yang dinilai tak kunjung menunjukkan itikad baik terhadap masyarakat sekitar.
Warga Geram: Pabrik Berdiri di Desa Kami, Tapi Kami Tetap Menganggur!
Ketua BUMDes Sindangsuka, Ikhwan, menegaskan bahwa warga sudah terlalu lama bersabar menghadapi ketimpangan kesempatan kerja. Pabrik yang berdiri megah di tengah desa justru tak memberi ruang bagi penduduk lokal.
“Kami tidak mau hanya jadi penonton! Kami ingin masyarakat Sindangsuka bisa bekerja di pabrik yang berdiri di tanah kami sendiri,” tegasnya, disambut gemuruh tepuk tangan warga.
Dari sekitar 2.000 pekerja di PT. UNI, hanya segelintir yang berasal dari Sindangsuka. Padahal, menurut warga, kebutuhan tenaga kerja perusahaan mencapai 10.000 orang.
“Banyak anak muda kami yang masih menganggur, padahal punya kemampuan. Tapi mereka ditolak tanpa alasan jelas,” ungkap salah satu warga dengan nada kecewa.
Selain masalah tenaga kerja, warga juga menyoroti minimnya perhatian terhadap fasilitas ibadah dan keselamatan lingkungan.
“Kami ini mayoritas muslim. Tapi sampai hari ini, di dalam pabrik belum ada masjid. Bagaimana bisa perusahaan sebesar itu tidak menyediakan tempat ibadah untuk karyawannya?” seru Ikhwan dengan tegas.
Sementara itu, perwakilan warga RW 11 Kampung Cibogo menyoroti ancaman longsor yang mengintai akibat aktivitas industri di sekitar area pabrik.
“Tanah di sekitar area pabrik rawan longsor, tapi pihak perusahaan diam saja. Jangan tunggu ada korban baru bertindak!” ujarnya keras.
Tak hanya itu, beberapa warga juga mengeluhkan polusi udara yang mengganggu kesehatan mereka.
“Anak saya punya asma, tiap malam batuk karena asap pabrik. Tapi kami tidak tahu harus melapor ke siapa. Tidak ada jalur komunikasi sama sekali,” keluh seorang ibu rumah tangga dengan nada sedih namun tegas.
Enam Tuntutan Tegas Warga Sindangsuka kepada PT. UNI
Dalam forum tersebut, warga menyampaikan enam tuntutan utama kepada pihak perusahaan:
- Buka kerja sama rekrutmen tenaga kerja melalui LPK Desa Sindangsuka.
- Berikan kesempatan kerja bagi lulusan SD dan SMP yang memiliki keterampilan.
- Laksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) yang nyata dan langsung dirasakan warga.
- Bangun tempat ibadah yang layak di dalam kawasan pabrik.
- Ciptakan kerja sama ekonomi jangka panjang antara perusahaan dan masyarakat.
- Tingkatkan kepedulian terhadap dampak lingkungan akibat aktivitas industri.
“Enam tuntutan ini bukan sekadar daftar keinginan — ini adalah harga diri kami sebagai warga yang terdampak langsung!” ujar salah satu tokoh masyarakat dengan nada tinggi.
Warga Ingatkan: Jangan Hanya Dengar, Tapi Bertindak!
Warga menegaskan, mereka tidak ingin forum ini berakhir tanpa hasil. Mereka meminta komitmen nyata, bukan sekadar janji.
“Kami sudah sering rapat, tapi hasilnya nihil. Kali ini kami tidak mau hanya dijanjikan. Kami ingin tindakan nyata, bukan kata-kata manis!” tegas perwakilan warga lainnya.
Mereka juga mendesak agar PT. UNI membuka saluran komunikasi resmi, seperti hotline atau perwakilan lokal yang bisa dihubungi kapan saja untuk menindaklanjuti keluhan warga.
Aksi Tegas Demi Keadilan Sosial
Musyawarah di Desa Sindangsuka ini menjadi simbol perlawanan warga terhadap ketidakadilan sosial yang dirasakan selama bertahun-tahun. Masyarakat menuntut agar PT. Ultimate Noble Indonesia tidak hanya mencari keuntungan di tanah mereka, tapi juga ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan keselamatan warga.
“Kami bukan menolak investasi. Kami hanya ingin keadilan. Jika perusahaan bisa makmur di sini, maka warga juga harus ikut sejahtera!” pungkas Ikhwan dengan nada penuh tekad.
Warga Sindangsuka kini menunggu langkah konkret dari PT. UNI. Mereka menegaskan akan terus bersuara, bahkan menggelar aksi lanjutan bila aspirasi mereka kembali diabaikan.
“Kami tidak akan diam lagi. Ini tanah kami, ini hak kami.”