Ruangrakyatgarut.id 07 Desember 2025 — Gelaran Garut Run Fest menuai kekecewaan besar dari para peserta, terutama mereka yang datang dari luar kota. Acara yang diklaim sebagai ajang lari berskala festival itu justru dinilai jauh dari standar, bahkan disebut sebagai salah satu event lari “paling tidak siap” oleh sejumlah peserta.
Rute lomba disebut tidak jelas sama sekali. Banyak peserta mengaku berlari tanpa petunjuk arah, bahkan harus berhenti untuk bertanya kepada warga. Beberapa pelari mengaku tersesat dan terpaksa memotong rute karena tidak ada panitia yang mengarahkan jalur.
Kekecewaan semakin memuncak ketika peserta menyadari bahwa race pack, BIB number, dan chip timing—fasilitas wajib di event lari—tidak disediakan. Peserta menyebut tidak ada pemberitahuan sebelumnya, tidak ada penjelasan di lokasi, dan tidak ada panitia yang dapat dimintai keterangan.
“Saya bayar Rp300 ribu, tapi tidak dapat apa-apa. Tidak ada BIB, tidak ada chip, rute pun kacau. Ini event apa sebenarnya?” ujar salah satu peserta luar kota dengan nada kesal.
Beberapa pelari menyatakan bahwa kondisi ini membuat acara tidak memiliki identitas peserta, tidak ada pencatatan waktu resmi, dan tidak ada bentuk penghargaan yang layak. Situasi tersebut membuat banyak peserta merasa ditinggalkan tanpa pertanggungjawaban.
Ketegangan semakin terjadi ketika para peserta mencari panitia. Mereka mengaku hanya melihat satu orang panitia berada di panggung, sementara ratusan peserta membutuhkan penjelasan. Kondisi ini memicu protes keras karena peserta merasa panitia tidak hadir untuk memberikan klarifikasi maupun solusi.
Sejumlah peserta menilai biaya pendaftaran sebesar Rp300 ribu “tidak masuk akal” jika fasilitas dasar tidak diberikan. Mereka menyebut acara ini “tidak profesional” dan “tidak menghormati peserta” yang datang dari berbagai daerah.
Hingga berita ini diturunkan, panitia Garut Run Fest belum memberikan pernyataan resmi. Peserta mendesak panitia terbuka mengenai penggunaan dana pendaftaran, alasan tidak adanya fasilitas standar, serta penyebab kekacauan rute di lapangan.
Peserta juga meminta pemerintah daerah dan pihak terkait mengevaluasi penyelenggaraan event agar kejadian serupa tidak kembali merugikan publik.
