
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Ketahanan pangan kini menjadi isu strategis yang tak hanya berkutat pada produksi dan distribusi bahan pokok, melainkan juga menyentuh aspek ekonomi kreatif dan keberlanjutan. Di tengah berbagai tantangan global seperti perubahan iklim, fluktuasi harga, serta alih fungsi lahan, Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah, menempuh jalan baru yang progresif: menjadikan pertanian sebagai jantung agrowisata.
Langkah ini didorong oleh kolaborasi strategis antara PT. Mandraguna Pusaka Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Toli-Toli. Pada Sabtu, 17 Mei 2025, kedua pihak resmi menandatangani nota kesepahaman yang menjadi tonggak awal pengembangan pertanian terpadu berbasis teknologi ramah lingkungan dan pemberdayaan petani. Namun tak berhenti di sana, program ini juga mengusung visi besar: menciptakan destinasi agrowisata yang memberi nilai tambah bagi daerah.
Pertanian Bukan Sekadar Produksi, Tapi Juga Atraksi
Owner PT. Mandraguna Pusaka Indonesia, H. Muhammad Rian, menjelaskan bahwa pertanian terpadu yang dirancang tak hanya fokus pada produktivitas lahan, tetapi juga pada bagaimana lahan tersebut bisa dikemas sebagai ruang edukasi, rekreasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Agrowisata adalah jembatan antara pangan dan pariwisata. Kami ingin menunjukkan bahwa pertanian bisa dinikmati oleh siapa pun—baik itu pelajar, wisatawan, atau investor. Yang terpenting adalah nilai edukatif dan ekonominya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat lokal,” ungkap H. Muhammad Rian kepada awak media, Senin (19/5/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kawasan yang dikembangkan akan memadukan lahan pertanian organik, sarana edukasi teknologi pertanian, area produksi pupuk ramah lingkungan, dan fasilitas wisata berbasis alam. Wisatawan akan diajak untuk melihat langsung proses pertanian alami, belajar teknik pengolahan tanah, hingga berpartisipasi dalam panen dan pengolahan hasil pertanian.
Pemerintah Daerah Sambut Terobosan Agrowisata
Menanggapi inisiatif ini, Ketua APDESI Kabupaten Toli-Toli, H. Irwan, yang mewakili Bupati dalam penandatanganan nota kesepahaman, menyampaikan apresiasi dan dukungannya. Ia menyebut bahwa pendekatan ini sangat cocok dengan karakteristik wilayah Toli-Toli yang memiliki lahan subur, kearifan lokal yang kuat, dan potensi pariwisata yang belum tergarap optimal.
“Kami melihat ini sebagai model pembangunan yang ideal—menggabungkan potensi pertanian, teknologi, dan pariwisata dalam satu ekosistem. Dengan begini, desa-desa di Toli-Toli tak hanya jadi penghasil pangan, tapi juga destinasi wisata berbasis budaya dan alam,” ujarnya.
Menurut Irwan, banyak desa di Toli-Toli yang siap menjadi kawasan agrowisata, terlebih setelah masyarakat mulai diperkenalkan pada praktik pertanian organik yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Ia juga menyebut bahwa pelibatan masyarakat lokal akan menjadi prioritas utama, sehingga agrowisata ini benar-benar mengangkat taraf hidup warga.
Fokus pada Pemberdayaan dan Kemandirian Petani
Di sisi lain, kerja sama ini juga memiliki dimensi pemberdayaan yang kuat. PT. Mandraguna berkomitmen untuk melakukan pelatihan teknis kepada para petani terkait manajemen lahan, penggunaan pupuk organik, serta pemanfaatan teknologi pertanian modern.
“Agrowisata yang baik tidak lahir dari lanskap yang indah saja, tapi dari petani-petani yang terampil dan bangga dengan profesinya. Kami ingin para petani di sini naik kelas—dari hanya penggarap lahan menjadi edukator, produsen unggulan, bahkan tuan rumah bagi wisatawan,” tambah H. Muhammad Rian.
Mandraguna juga menyiapkan unit produksi pupuk organik yang akan dibangun di kawasan tersebut. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, hasil produksi ini juga ditargetkan dapat diekspor ke wilayah lain, menjadikan Toli-Toli sebagai pusat pertanian organik dan agrowisata di kawasan timur Indonesia.
Agrowisata sebagai Pilar Baru Ekonomi Daerah
Dengan semua potensi tersebut, Pemerintah Kabupaten Toli-Toli melihat kerja sama ini bukan sekadar proyek jangka pendek, melainkan bagian dari strategi jangka panjang membangun ketahanan ekonomi daerah. Bupati Toli-Toli melalui perwakilannya menekankan bahwa integrasi sektor pertanian dan pariwisata akan membawa dampak sistemik terhadap lapangan kerja, daya beli masyarakat, serta citra daerah di mata publik nasional dan internasional.
“Agrowisata bisa membuka banyak pintu. Kita bisa mengundang pelajar, peneliti, wisatawan lokal dan mancanegara, hingga investor. Ini bukan mimpi, tapi peluang nyata jika kita kelola dengan baik,” kata Irwan.
Langkah Nyata Menuju Indonesia Mandiri Pangan dan Pariwisata
Kerja sama antara PT. Mandraguna Pusaka Indonesia dan Pemkab Toli-Toli menjadi bukti bahwa ketahanan pangan dan pembangunan pariwisata tak harus berjalan di jalur yang berbeda. Justru, keduanya bisa saling menguatkan dan memberi kontribusi besar bagi masa depan desa dan bangsa.
Dengan model pertanian terpadu yang inklusif, berbasis masyarakat, dan berwawasan lingkungan, Toli-Toli kini bersiap menjadi pelopor kawasan agrowisata di Sulawesi Tengah—dan mungkin, Indonesia timur.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang kami untuk mewujudkan desa wisata pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Semoga Toli-Toli bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain,” tutup H. Muhammad Rian.
(DIX)
Jika Anda ingin versi cetak, infografik pendukung, atau visual untuk unggahan media sosial, saya siap bantu buatkan.