
Oplus_0
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Potret buram pembinaan olahraga kembali mencuat di Kabupaten Garut. Kontingen Saba Table Tennis Club (TTC) Kabupaten Garut yang berjuang dalam ajang Indonesia Pingpong League (IPL) pada tanggal 4 hingga 6 Juli 2025 menghadapi kenyataan pahit: mereka terpaksa bertanding dalam kondisi penuh keterbatasan akibat minimnya fasilitas dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Garut.
Dalam ajang berskala nasional yang mempertemukan atlet-atlet tenis meja terbaik dari seluruh Indonesia itu, para atlet muda Garut tidak mendapatkan fasilitas penginapan yang layak. Mereka dilaporkan harus tidur bersekat-sekat di lantai, beralas tipis dan tanpa ranjang, demi tetap bisa berlaga dan membawa nama baik daerah.
“Kami sangat menyayangkan kondisi ini. Atlet-atlet muda yang membawa nama Garut ke tingkat nasional tidak semestinya diperlakukan seperti ini. Mereka tidur berjajar dalam kondisi seadanya, seperti bukan tamu kehormatan yang sedang bertanding mewakili daerahnya,” ujar salah satu pendamping tim TTC Garut, dengan nada kecewa. Sabtu, (05/07/2025).
Ia menyebutkan bahwa meski kondisi tersebut sangat memprihatinkan, semangat dan daya juang para atlet tidak luntur sedikit pun. Mereka tetap berlatih dan bertanding dengan motivasi tinggi, menjunjung tinggi sportivitas, dan menunjukkan profesionalisme yang patut diapresiasi.
“Semangat mereka luar biasa. Mereka tidak banyak mengeluh, meski kami tahu mereka lelah dan kurang nyaman. Tapi mereka tetap fokus, karena bagi mereka yang utama adalah membawa Garut berprestasi. Ini bukti kecintaan mereka terhadap tanah kelahiran, meski belum sepenuhnya didukung oleh pemerintahnya sendiri,” lanjutnya.
Kondisi ini langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan komunitas olahraga Garut. Banyak pihak mempertanyakan keseriusan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) serta pemerintah daerah dalam mendukung pembinaan dan prestasi atlet lokal.
Padahal, ajang IPL merupakan salah satu kompetisi prestisius yang dapat membuka jalan bagi para atlet muda menuju jenjang yang lebih tinggi, bahkan potensi masuk ke pelatnas jika performa mereka menonjol. Namun, tanpa dukungan anggaran dan logistik yang memadai, potensi tersebut dikhawatirkan akan terkubur oleh kondisi yang serba terbatas.
Minim Perhatian, Banyak Harapan
Kritik dan keprihatinan juga datang dari para pengamat olahraga. Mereka menilai bahwa pembinaan olahraga di Garut selama ini masih belum merata dan cenderung berat sebelah. Cabang-cabang olahraga tertentu mendapatkan perhatian besar, sementara yang lain seperti tenis meja terpinggirkan meski berprestasi.
“Setiap atlet yang mewakili Garut adalah duta daerah. Mereka semestinya dibekali fasilitas yang layak, bukan justru dibuat seperti pengemis prestasi. Pemkab harus introspeksi, karena ini bukan sekadar soal anggaran, tapi soal komitmen moral terhadap generasi muda yang berjuang demi nama daerahnya,” ungkap seorang aktivis olahraga yang enggan disebutkan namanya.
Tak sedikit pula netizen yang melontarkan kekecewaannya di media sosial. Unggahan foto dan video yang menunjukkan kondisi para atlet tidur berdesakan tanpa ranjang menjadi viral dan memantik simpati dari masyarakat luas.
“Bukan hanya soal tempat tidur, ini soal bagaimana pemerintah menghargai perjuangan. Kalau atlet nasional dari Jakarta atau Bandung bisa tidur di hotel, kenapa anak Garut harus tidur di lantai?” tulis salah satu pengguna media sosial dalam unggahannya.
Desakan Evaluasi untuk Pemkab Garut
Dengan situasi yang terjadi, desakan terhadap Pemkab Garut untuk melakukan evaluasi besar-besaran terhadap kebijakan pembinaan atlet muda pun semakin menguat.
Pemerintah daerah (Pemda) Garut diharapkan lebih selektif dan adil dalam mendistribusikan anggaran olahraga, tidak hanya untuk seremoni, tetapi juga untuk hal-hal teknis yang langsung berdampak pada kenyamanan dan kesiapan atlet dalam bertanding.
“Garut memiliki banyak potensi di cabang olahraga, bukan hanya sepak bola atau pencak silat. Jika ingin melihat anak-anak Garut meraih medali dan mengharumkan nama daerah, maka kita juga harus hadir sejak mereka berangkat. Jangan hanya hadir saat mereka naik podium,” tegas seorang tokoh masyarakat.
Harapan kini tertumpu pada evaluasi dari Dinas Pemuda dan Olahraga serta Komisi terkait di DPRD Garut. Jika tidak ada pembenahan, maka bukan tidak mungkin semangat para atlet akan memudar, dan Garut akan kehilangan generasi emasnya di dunia olahraga.
Semangat Tak Pernah Padam
Meski dihantam keterbatasan, para atlet Saba TTC Kabupaten Garut tetap melangkah dengan keyakinan dan kebanggaan. Mereka meyakini bahwa prestasi bukan semata hasil dari fasilitas, tetapi juga dari tekad dan kerja keras. Namun, mereka juga berharap, perjuangan mereka kali ini bisa menjadi pesan bagi pemerintah daerah: bahwa mereka ada, berjuang, dan layak mendapatkan perhatian lebih.
“Kami akan terus bertanding dan memberikan yang terbaik. Tapi kami juga ingin didengar. Kami butuh dukungan, bukan belas kasihan. Kami bukan sekadar atlet, kami adalah wajah masa depan Garut di bidang olahraga,” pungkas salah satu atlet muda TTC dengan penuh semangat. (**)