
Garut,RuangRakyatGarut.id – Derasnya hujan yang melanda wilayah Tarogong memicu bencana longsor di area pemakaman umum yang berdampingan langsung dengan Perumahan Intan Regency. Insiden ini memicu kegelisahan warga, yang menilai Pemerintah Desa Tarogong lamban dan kurang sigap dalam melakukan langkah antisipasi maupun penanganan darurat.
Di tengah ketidakpastian dan keprihatinan, warga menggandeng Presiden Ruang Rakyat Garut (RRG), Eldy Supriadi, untuk mengadvokasi isu ini agar tidak tenggelam dalam kelambanan birokrasi.
Eldy Supriadi: Ini Bukan Sekadar Longsor, Tapi Alarm Pengabaian
Dalam forum terbuka bersama warga, Eldy Supriadi mengkritisi lemahnya respons Pemdes Tarogong. Ia menyatakan bahwa longsor di kawasan pemakaman bukan hanya bencana alam, melainkan gejala dari kelalaian struktural.
“Ini bukan hanya longsor, ini tentang ketidakpedulian terhadap ruang sosial yang sakral. Seharusnya pemerintah desa tanggap, bukan pasif menunggu tekanan publik,” ujar Eldy tegas. Sabtu, (05/07/2025).
Ia menilai pengelolaan ruang publik yang abai mencerminkan krisis kepemimpinan dan lemahnya sensitivitas sosial dalam pemerintahan desa.
Warga Intan Regency: Sudah Lama Kami Peringatkan
Warga sekitar mengungkapkan bahwa retakan tanah dan tanda-tanda potensi longsor telah dilaporkan kepada Pemdes Tarogong jauh hari sebelum bencana terjadi. Namun, laporan tersebut tidak kunjung ditindaklanjuti secara serius oleh Kepala Desa Tarogong, Eundang Solih.
“Ini bukan kejadian mendadak. Kami sudah lapor, tapi seperti tidak dianggap,” ujar salah satu warga yang hadir dalam diskusi.
Warga kini mendesak pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) sebagai solusi cepat untuk mencegah dampak lanjutan yang lebih fatal.
Solidaritas Tokoh RW, Pemuda, dan Ulama Menguat
Dukungan terhadap desakan warga terus mengalir dari berbagai unsur, termasuk ketua RW, tokoh pemuda, dan pemuka agama. Mereka mempertanyakan ketidakhadiran kepala desa dalam masa-masa krusial pascabencana.
“Warga butuh pemimpin yang hadir, bukan yang bersembunyi. Ini saatnya kepala desa membuktikan kepedulian,” kata salah satu tokoh RW.
Seorang tokoh agama juga menegaskan bahwa pemakaman adalah ruang spiritual yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya.
Petisi Terbuka dan Tekanan untuk Bertindak
Gerakan warga kini memasuki babak baru. Bersama Eldy Supriadi dan jaringan masyarakat sipil, warga tengah menyusun petisi terbuka yang akan dikirimkan ke pemerintah kecamatan dan Disperkim Kabupaten Garut.
Mereka berharap, jika desa tidak mampu menangani sendiri, maka harus terbuka untuk kolaborasi lintas sektor demi keselamatan bersama.
“Kami bukan ingin menyalahkan, tapi jangan sampai diam jadi alasan untuk menunda tindakan,” ujar salah satu inisiator.
Peringatan Eldy: Jangan Hanya Aktif Saat Pemilu
Menutup forum, Eldy Supriadi memberikan pesan yang menggugah:
“Jangan jadikan pemilu satu-satunya momen hadir di tengah rakyat. Ketika warga ditimpa bencana, itulah saat sejati bagi pemimpin untuk turun tangan.”
Kini, semua mata tertuju pada respons Kepala Desa Tarogong, apakah akan membuka ruang dialog dan bertindak nyata, atau terus menutup telinga di tengah desakan masyarakat yang semakin solid dan vokal. (*)