
Ruangrakyatgarut.id 31/08/2025 — Puncak akumulasi kemarahan rakyat sebagai pemilik kedaulatan kini kian nyata. Menurut Eldy Supriadi, kemarahan itu lahir karena rakyat merasa hukum di negeri ini kerap dikebiri, konstitusi diutak-atik, praktik korupsi merajalela, sumber daya alam dihabisi, lingkungan rusak, dan kekuasaan tampak lebih santun pada oligarki namun sadis pada rakyat sendiri.
Dalam pernyataannya, Eldy juga menyinggung gaya hidup para anggota DPRD Garut yang dinilai tidak mencerminkan kepedulian terhadap kesulitan rakyat. Ia menyoroti deretan mobil mewah yang sering dipamerkan di area parkir DPRD, tas bermerek, sepatu, jam tangan mahal, hingga pakaian glamor yang bersumber dari gaji rakyat.
“Di saat rakyat susah mencari pekerjaan, pabrik tutup, pajak naik, harga sembako melambung, para wakil rakyat justru mempertontonkan kemewahan,” tegas Eldy.
Lebih jauh, Eldy menyebut cara sebagian politisi meraih kekuasaan pun tidak beradab, dengan menghalalkan segala cara termasuk politik uang. Praktik ini, menurutnya, justru membentuk mental rakyat sebagai pengemis politik, sementara pemimpin yang bodoh dan penuh tipu daya dipoles, dibela, bahkan dipuja-puji.
Ia menilai yang ditampilkan hanya pencitraan tanpa substansi. Ketika rakyat kesulitan, justru yang dipertontonkan adalah kemewahan. “Hutang negara menumpuk, dibayar dengan mencekik rakyat lewat kenaikan pajak. Rakyat dihina, dicaci maki, sementara yang berkuasa bersama para pembelanya bermental jongos dan preman,” kritiknya.
Menutup pernyataannya, Eldy mengingatkan bahwa membunuh satu orang tanpa kesalahan sama dengan membunuh seluruh umat manusia. “Hidup ini tak lepas dari skenario Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan skenario itu tetap berjalan,” pungkasnya.