Ruangrakyatgarut.id 04 Desember 2025 — Peresmian Rumah Sakit Paru (RSP) Dr. H. A. Rotinsulu digelar secara resmi di halaman parkir rumah sakit pada Kamis siang, dihadiri langsung oleh perwakilan Kementerian Kesehatan RI, dr. Azhar Jaya, S.H., SKM, MARS. Acara ini juga dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Drs. H. Nurdin Yana mh yang mewakili Bupati Garut, serta kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Hj. Lely Yuliani, M.M,, serta perwakilan dari RSUD dr. Slamet Garut.
Dalam sambutannya, dr. Azhar Jaya menekankan bahwa pembangunan fasilitas ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam memperkuat pelayanan kesehatan daerah. Ia menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan siap memberikan dukungan baik dari sisi kebijakan maupun fasilitas apabila dibutuhkan untuk peningkatan layanan.
“Jika ke depan kebutuhan meningkat dan kunjungan masyarakat bertambah, bukan tidak mungkin klinik ini naik kelas menjadi rumah sakit. Tentu dengan catatan melalui evaluasi bertahap,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Drs.H.Nurdin Yana,MH menyampaikan apresiasinya atas hadirnya klinik utama tersebut. Ia menegaskan bahwa keberadaan fasilitas layanan kesehatan baru ini menjadi bagian penting dari upaya pemerintah daerah dalam memperluas akses sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
“Kami berharap klinik ini tidak hanya menjadi tempat berobat, tetapi juga menjadi pusat edukasi dan pencegahan penyakit. Kehadirannya harus mampu memperkuat ekosistem layanan dasar sekaligus mengurangi beban rujukan ke rumah sakit daerah,” ujar Sekda.
Nurdin juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor agar pelayanan kesehatan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama masyarakat di kawasan pinggiran yang selama ini masih kesulitan mengakses layanan kesehatan berkualitas.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Hj. Lely Yuliani, M.M,, menyampaikan komitmennya untuk terus meningkatkan standar layanan, baik di klinik, puskesmas, maupun rumah sakit milik daerah. Ia menilai hadirnya klinik utama ini menjadi momentum memperkuat jejaring layanan kesehatan primer.
“Ini langkah konkret memperluas akses layanan. Kami di Dinas Kesehatan siap memberikan pendampingan, pembinaan, dan pengawasan agar klinik ini berjalan sesuai standar, termasuk memastikan tenaga kesehatan memiliki kompetensi yang dibutuhkan,” tegasnya.
Dr. Lely juga menanggapi sorotan terhadap tingginya angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Garut. Ia mengakui tantangan tersebut masih cukup besar dan membutuhkan pembenahan menyeluruh, khususnya sistem rujukan.
“Kami sedang memperbaiki alur rujukan dan memastikan puskesmas memiliki kemampuan deteksi dini yang lebih baik. Ini bukan hanya soal fasilitas, tapi juga soal ketepatan waktu dan kesiapan tenaga kesehatan. Kami ingin tidak ada lagi ibu yang terlambat mendapat pertolongan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Dinas Kesehatan Garut menyambut baik dukungan alat kesehatan baru untuk RSUD dr. Slamet serta program-program penguatan layanan primer dari Kementerian Kesehatan.
“Dukungan ini kami jadikan pemacu agar pelayanan kesehatan di Garut terus naik kelas. Masyarakat berhak mendapat layanan yang cepat, tepat, dan manusiawi,” tutup dr. Lely.
Kemenkes Soroti Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak di Garut
Dalam kesempatan tersebut, dr. Azhar juga menyinggung persoalan serius terkait tingginya angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Garut. Ia menyebut bahwa persoalan ini tidak boleh dianggap sepele dan memerlukan evaluasi menyeluruh, terutama dalam sistem rujukan.
“Kalau ibu melahirkan meninggal kurang dari 24 jam setelah tiba di rumah sakit, itu menandakan ada masalah pada proses rujukan—bisa terlambat, jalanan macet, atau keputusan keluarga terlambat. Tapi kalau meninggal setelah lebih dari 48 jam, berarti ada mutu layanan yang perlu diperbaiki,” ujarnya.
Tambahan Peralatan PICU–NICU untuk RSUD dr. Slamet
Kementerian Kesehatan juga memastikan dukungan berupa tambahan peralatan PICU dan NICU bagi RSUD dr. Slamet Garut. Peralatan tersebut akan dilengkapi pemeliharaan selama delapan tahun oleh pemerintah pusat.
“Selama delapan tahun perawatannya ditanggung pusat, tapi setelah itu daerah harus mandiri untuk pengadaan alat baru,” tambah dr. Azhar.
Penanganan TB: Edukasi dan Kepatuhan Minum Obat
Dr. Azhar juga menyoroti penanganan penyakit tuberkulosis (TBC) yang masih menjadi tantangan nasional. Ia menekankan pentingnya menemukan kasus lebih cepat dan memastikan pasien mengikuti pengobatan hingga tuntas.
“Setelah dua minggu minum obat, pasien TB sebenarnya tidak lagi menular. Jadi masyarakat jangan menjauhi, tapi dukung agar mereka tidak putus obat,” tegasnya.
Peningkatan Fasilitas Puskesmas, Termasuk USG dan MRI Mini
Kemenkes juga sedang memperkuat kapasitas puskesmas di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Garut. Setiap puskesmas diwajibkan memiliki USG untuk menjamin pemeriksaan ibu hamil, ditambah EKG dan rencana penyediaan MRI mini 0,5 Tesla untuk deteksi dini stroke.
“Puskesmas adalah garda terdepan. Sebagus apa pun rumah sakit, yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga masyarakat tetap sehat melalui pelayanan dasar dan edukasi,” pungkasnya.
Peresmian RSP Dr. H. A. Rotinsulu ini menandai langkah strategis pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Garut, terutama dalam penanganan penyakit paru, layanan ibu dan anak, serta penguatan puskesmas sebagai fondasi layanan kesehatan masyarakat.
