
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Prestasi membanggakan diraih oleh Tim Futsal Putra Kabupaten Garut dalam ajang bergengsi Piala Asosiasi Futsal Provinsi (AFP) Jawa Barat Tahun 2025. Mengalahkan tim-tim kuat dari kota dan kabupaten lain di Jawa Barat, tim Garut berhasil keluar sebagai juara dan mengukir sejarah baru bagi dunia olahraga futsal di daerahnya.
Namun di balik kegemilangan yang diraih tim muda tersebut, tersimpan ironi yang menggores semangat mereka. Keberhasilan ini justru tidak mendapat sambutan dan apresiasi yang semestinya dari pemerintah Kabupaten Garut. Bahkan, ucapan selamat secara resmi dari Bupati pun tak kunjung datang.
Pelatih kiper (GK Coach) Tim Futsal Garut, dia mengungkapkan rasa kekecewaannya saat diwawancarai media. Ia menuturkan bahwa perjuangan anak-anak asuhnya berlangsung dengan penuh keterbatasan, tanpa sokongan anggaran dari pemerintah, dan tanpa satu pun bentuk dukungan moral maupun materil dari pejabat daerah.
“Kami bertanding membawa nama Garut. Kami bukan hanya hadir, tapi menang. Tapi sangat disayangkan, tidak ada perhatian dari pemerintah daerah, tidak ada ucapan selamat, tidak ada apresiasi. Anak-anak ini luar biasa, mereka berjuang mati-matian dengan penuh semangat, tapi pulang dengan tangan kosong dari pemerintah sendiri,” ungkapnya dengan nada getir. Minggu, (06/07/2025).
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, apresiasi dari pemerintah bisa menjadi pemantik semangat yang sangat berarti bagi para pemain. “Kalau ada perhatian dan apresiasi dari kepala daerah, tentu mental dan motivasi anak-anak semakin meningkat. Tapi ini tidak ada sama sekali, seolah kami bukan siapa-siapa. Padahal kami membawa nama Garut di ajang resmi tingkat provinsi,” tambahnya.
Kemenangan yang Tak Diiringi Pengakuan
Kemenangan ini bukan didapat dengan mudah. Tim Futsal Garut harus melewati pertandingan demi pertandingan dengan kerja keras, semangat, dan pengorbanan. Mereka mengalahkan tim-tim kuat seperti Kota Bandung, Bekasi, hingga Kabupaten Bogor yang dikenal memiliki dukungan penuh dari pemerintah masing-masing. Sementara Garut, datang dengan kekuatan mandiri, biaya swadaya, dan semangat juang dari dalam hati.
Kondisi ini menjadi sorotan para pegiat olahraga di Garut yang menilai bahwa pemerintah daerah belum menjadikan pembinaan olahraga sebagai prioritas. Padahal, olahraga adalah salah satu sarana strategis dalam pembentukan karakter generasi muda dan bisa menjadi alat diplomasi daerah yang sangat efektif di luar wilayah.
Salah seorang tokoh olahraga lokal, yang enggan disebutkan namanya, menilai bahwa kegagalan pemerintah memberikan apresiasi atas kemenangan tim futsal ini adalah bentuk kelalaian serius. “Apresiasi itu tidak harus selalu dalam bentuk uang. Bisa dalam bentuk penerimaan resmi, piagam, atau sekadar sambutan dan ucapan selamat yang ditunjukkan secara publik. Itu sudah cukup memberi energi positif bagi para atlet muda kita,” ujarnya.
Panggilan untuk Pemerintah Daerah: Waktunya Bangun Kepedulian
Kisah kemenangan tanpa sambutan ini seharusnya menjadi cermin bagi Pemerintah Kabupaten Garut untuk melakukan pembenahan serius dalam manajemen pembinaan olahraga daerah. Terutama dalam memberikan ruang, perhatian, dan dukungan terhadap atlet-atlet muda yang memiliki potensi besar.
Sudah saatnya pemerintah daerah menyadari bahwa olahraga bukan hanya tentang fisik dan kompetisi, tetapi tentang membangun martabat daerah di tingkat yang lebih tinggi. Ketika anak-anak muda Garut mampu menjadi juara, maka semestinya para pemimpin daerah menyambutnya sebagai kebanggaan bersama.
Bila kemenangan seperti ini terus diabaikan, maka tidak menutup kemungkinan akan lahir generasi muda yang apatis terhadap olahraga daerah. Mereka akan merasa bahwa segala perjuangan dan prestasi tidak ada artinya jika tidak dihargai oleh daerah yang mereka bela.
Harapan Terakhir dari Tim Futsal Garut
Meski kecewa,pelatih ini tetap menyampaikan rasa syukur atas pencapaian timnya. Ia mengaku bangga atas kerja keras para pemain, pelatih, dan seluruh pihak yang ikut membantu secara mandiri. Ia pun berharap agar ke depan, pemerintah bisa lebih responsif dan membuka mata atas potensi luar biasa yang dimiliki para atlet muda Garut.
“Anak-anak kami sudah membuktikan. Kami tidak meminta lebih. Tapi kalau tidak ada kepedulian, siapa yang akan menjaga semangat mereka ke depan? Mereka berjuang untuk Garut, bukan hanya untuk diri mereka sendiri,” pungkasnya.
Kini, prestasi itu tercatat dalam sejarah. Tapi apakah akan tercatat pula dalam hati para pemimpin daerah? Ataukah akan kembali terkubur dalam tumpukan laporan yang tak terbaca? (**)