
Manager Operasional PT AIL, Aminta Kaban: Jumlah Pengunjung Masih Normatif, Cuaca Tidak Menentu Jadi Tantangan Utama
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Gunung Papandayan, yang terletak di Kabupaten Garut, kembali menjadi magnet wisatawan, terutama para pencinta alam, pendaki, hingga keluarga yang mendambakan suasana pegunungan yang sejuk dan alami. Terkenal dengan karakteristik vulkaniknya, Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya menyegarkan, tetapi juga mendidik dan menginspirasi.
Dengan jalur pendakian yang ramah pemula, kawah yang aktif namun terkendali, serta padang edelweiss yang luas membentang di kawasan Hutan Mati dan Pondok Saladah, destinasi ini menjadi salah satu kawasan konservasi sekaligus rekreasi unggulan di Jawa Barat.
Di sisi lain, tidak sedikit wisatawan dari luar kota seperti Bandung, Jakarta, bahkan turis mancanegara, menjadikan Papandayan sebagai lokasi wisata favorit untuk melepas penat dari hiruk-pikuk perkotaan.
Ciri Khas Pegunungan Alami: Vulkanik, Eksotis, dan Edukatif
Gunung setinggi 2.665 meter di atas permukaan laut ini memiliki sejumlah titik ikonik yang menjadi favorit pengunjung. Di antaranya adalah Kawah Mas, Kawah Baru, dan Kawah Nangklak yang mengeluarkan asap belerang aktif. Jalur menuju Hutan Mati pun kerap dipilih para fotografer alam karena menawarkan pemandangan pepohonan kering yang kontras dengan langit biru dan kabut putih yang turun perlahan di pagi hari.
Selain itu, kawasan Pondok Saladah menjadi tempat favorit untuk berkemah. Di sini, wisatawan dapat menyaksikan bunga edelweiss bermekaran, menyatu dengan semak-semak pegunungan yang masih alami dan terjaga.
“Papandayan ini punya nilai estetika sekaligus ekologis yang tinggi. Kita bisa menikmati sunrise, menghirup udara segar, tapi sekaligus mengenalkan pentingnya konservasi pada generasi muda,” ujar Dian Ramadhani, salah satu pengunjung asal Depok yang ditemui saat berkemah bersama teman – temannya. Minggu, (13/07/2025).
Jumlah Pengunjung Masih Normatif
Aminta Kaban, selaku Manager Operasional PT Alam Indah Lestari (AIL), menyatakan bahwa jumlah kunjungan selama semester pertama 2025 tergolong normatif. Tidak ada lonjakan signifikan, namun stabil dan sesuai target yang ditetapkan perusahaan.
“Jika melihat data sejak Januari hingga Juni, rata-rata jumlah pengunjung tetap dalam kisaran yang diharapkan. Tidak ada fluktuasi tajam. Ini menunjukkan bahwa Papandayan masih memiliki daya tarik tersendiri dan konsisten diminati oleh wisatawan lokal maupun luar daerah,” ungkap Amin.
Ia menambahkan bahwa hari-hari libur panjang nasional dan akhir pekan panjang cenderung menjadi waktu paling padat. Namun pada hari kerja atau musim hujan, kunjungan bisa menurun cukup drastis.
Cuaca Tidak Menentu Jadi Tantangan Operasional
Meskipun tren kunjungan tetap stabil, pihak pengelola mengaku bahwa cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan utama dalam menjaga kelangsungan kegiatan wisata. Hujan deras yang datang tiba-tiba, kabut tebal, dan suhu ekstrem menjadi faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan pengunjung.
“Kami sempat beberapa kali harus melakukan penutupan sementara jalur pendakian karena kondisi cuaca yang ekstrem, terutama menjelang sore hingga malam hari. Keselamatan pengunjung adalah prioritas utama kami,” tegas Amin.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT AIL telah meningkatkan sistem informasi cuaca digital berbasis satelit dan memperkuat koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Selain itu, personel lapangan kini dibekali pelatihan penanganan darurat dan alat komunikasi standar SAR.
Kebersihan dan Kesadaran Pengunjung Terus Ditingkatkan
Papandayan memang memiliki pesona yang luar biasa, namun ancaman terbesar terhadap keberlanjutannya justru datang dari perilaku pengunjung yang belum sepenuhnya sadar lingkungan. Sampah plastik, coretan di pohon, hingga penggunaan api unggun sembarangan kerap menjadi keluhan.
“Kami terus edukasi dan ingatkan. Bahkan kini kami memasang lebih banyak papan informasi dan memperketat pengawasan di area camping ground. Petugas lapangan kami juga dilibatkan untuk patroli keliling,” jelas Aminta.
Sebagai langkah preventif, PT AIL juga menggandeng komunitas pecinta alam dan sekolah-sekolah untuk ikut dalam program Papandayan Bersih dan Lestari yang digagas sejak awal tahun. Program ini melibatkan aksi bersih-bersih gunung, edukasi lingkungan, dan kampanye zero-waste saat mendaki.
Rencana Jangka Panjang: Jalur Alternatif dan Eco-Wisata Berbasis Edukasi
Ke depan, pihak pengelola merencanakan pembangunan jalur pendakian alternatif guna mengurangi kepadatan jalur utama serta memberi variasi pengalaman kepada para pengunjung. Jalur ini akan dikembangkan dengan pendekatan ekowisata dan dilengkapi titik edukasi mengenai flora, fauna, serta sejarah geologi Papandayan.
“Kami tidak hanya ingin Papandayan menjadi tempat liburan, tapi juga tempat belajar dan membentuk karakter cinta lingkungan,” pungkas Amin.
TWA Gunung Papandayan tak hanya menyuguhkan keindahan lanskap yang khas, namun juga menjadi cermin hubungan antara manusia, alam, dan konservasi. Meski cuaca tidak menentu menjadi tantangan tersendiri, manajemen yang adaptif dan kolaboratif membuat destinasi ini tetap menjadi favorit para pecinta pegunungan.
Dengan terus mengedepankan keselamatan, edukasi, dan pelestarian, Papandayan diyakini akan tetap menjadi primadona wisata alam di Garut dan Jawa Barat pada umumnya. (**)