
RuangRakyatGarut
Garut, 22-juli-2025 Pendopo Kabupaten Garut—tempat yang seharusnya menjadi simbol kebersamaan rakyat dan pemimpin—kini menyisakan duka. Dalam acara pesta rakyat yang dikemas dengan tajuk “makan gratis”, tiga nyawa melayang. Satu kehidupan hilang dalam keramaian yang sejatinya dirancang sebagai ajang silaturahmi. Tapi di balik euforia itu, siapa yang bertanggung jawab?
Sebuah Pesta, Sebuah Luka
Hari itu, pendopo ramai. Ribuan warga datang, sebagian dengan harapan mencicipi makanan gratis, sebagian lagi karena rasa penasaran dan ingin merasakan dekat dengan pemerintah. Namun sayangnya, antisipasi tidak berjalan seiring niat baik.
Desakan, kekacauan antrean, dan minimnya pengawasan membuat suasana tak terkendali. Hingga akhirnya, seorang warga terjatuh dan kehilangan nyawa. Sebuah harga yang terlalu mahal untuk sebuah “pesta rakyat”.
Rakyat Dihitung, Bukan Diperhitungkan
Tragedi ini menelanjangi satu hal: bahwa niat baik tanpa perencanaan matang justru bisa menjadi bumerang. Pemerintah daerah perlu lebih dari sekadar program populis—mereka butuh kedewasaan dalam mengelola kerumunan, memahami psikologi massa, serta menjamin keselamatan warganya.
Pesta rakyat bukan sekadar bagi-bagi makanan. Ini soal tanggung jawab. Soal menghitung dampak, bukan hanya menghitung jumlah undangan.-
Pertanyaan terbesar muncul: siapa yang benar-benar diuntungkan dari acara seperti ini? Apakah rakyat merasa lebih dekat dengan pemimpinnya? Ataukah ini sekadar panggung pencitraan? Pendopo menunggu nama. Bukan nama korban semata, tapi juga nama pihak yang bersedia bertanggung jawab. Karena ruang publik bukan milik siapa-siapa—ia milik kita semua. Tapi ketika nyawa melayang di dalamnya, ruang itu tak lagi netral. Ia menuntut keadilan.
Tragedi ini harus menjadi pembelajaran. Bahwa setiap kegiatan publik mesti didesain dengan empati, akal sehat, dan persiapan matang. Ruang rakyat seharusnya menjadi tempat yang aman, inklusif, dan penuh harapan—bukan trauma baru bagi masyarakat kecil.
Mari bertanya, mari menggugat. Demi ruang publik yang benar-benar berpihak pada rakyat, bukan sekadar menjadi panggung seremonial. (**)