
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Garut kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, aktivis sosial Eldy Supriadi angkat bicara dan mengkritik keras kinerja lembaga pengelola zakat tersebut, yang dinilainya tidak menunjukkan rasa empati dan terlalu mengedepankan prosedur yang berbelit, tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan.
Sorotan ini mencuat setelah viralnya video Ketua DPC PDI Perjuangan Garut, Yudha Puja Turnawan, yang terlihat mengekspresikan kekecewaannya terhadap sikap BAZNAS dalam merespons pengajuan bantuan untuk seorang warga lanjut usia bernama Ma Eja (82), yang tinggal di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota.
Dalam video tersebut, anggota DPRD Garut Yudha menggambarkan kondisi Ma Eja yang sangat memprihatinkan. Usianya sudah lanjut, tidak mampu berjalan, dan tinggal di rumah yang tidak layak huni serta nyaris roboh. Mirisnya, pengajuan bantuan untuk renovasi rumah tersebut telah dilakukan sejak tahun 2022, namun hingga tahun 2025 belum juga ada tindak lanjut dari BAZNAS.
Terlalu Prosedural, Abaikan Kemanusiaan
Eldy Supriadi menyatakan bahwa kejadian ini adalah cermin buruk dari pelayanan publik di Garut, khususnya dalam hal kemanusiaan. Ia menyayangkan bagaimana BAZNAS, lembaga yang seharusnya menjadi garda depan dalam penyaluran dana zakat untuk membantu masyarakat miskin, justru terkesan kaku dan lamban dalam bertindak.
“Sudah dua tahun pengajuan bantuan itu masuk. Masa iya tidak ada tindak lanjut sedikit pun? Ini soal rasa kemanusiaan, bukan sekadar administrasi,” ujar Eldy. Kamis, (15/05/2025).
Menurut Eldy, lembaga seperti BAZNAS semestinya memiliki mekanisme cepat tanggap untuk kasus-kasus ekstrem seperti ini. Ia pun mengkritik tajam prosedur yang terlalu berbelit dan seringkali menjadi alasan untuk menunda-nunda bantuan.
Tebang Pilih dan Kepentingan Elitis
Lebih lanjut, Eldy mengungkapkan bahwa terdapat indikasi tebang pilih dalam penyaluran bantuan oleh BAZNAS Garut. Ia menyoroti fakta bahwa saat Bupati Garut mengirim pesan WhatsApp kepada BAZNAS untuk bantuan rumah di wilayah Limbangan, respon cepat langsung dilakukan, bahkan tanpa melalui proses panjang.
“Ketika perintah datang dari atas, langsung bergerak. Tapi kalau rakyat kecil yang sudah bertahun-tahun mengajukan, tak pernah digubris. Ini sangat menyakitkan. Ada apa sebenarnya di tubuh BAZNAS?” katanya penuh tanya.
Eldy menduga bahwa ada ketimpangan dalam cara BAZNAS menangani laporan dan pengajuan bantuan. Ia menyebut pengelolaan dana zakat yang naik hingga 2,7 persen dalam beberapa waktu terakhir patut dicurigai sebagai potensi bancakan oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
Desakan Audit dan Transparansi Penggunaan Dana Zakat
Atas dasar itulah, Eldy Supriadi mendesak Bupati Garut untuk segera melakukan audit menyeluruh terhadap pengelolaan dana zakat oleh BAZNAS. Menurutnya, penting bagi publik mengetahui ke mana sebenarnya dana zakat tersebut disalurkan dan sejauh mana transparansi serta akuntabilitas lembaga tersebut.
“Kalau memang ada dana operasional untuk turun ke lapangan, kenapa tidak digunakan untuk mengecek langsung kondisi Ma Eja? Jangan-jangan selama ini hanya jadi anggaran di atas kertas,” ujar Eldy.
Ia menambahkan, jika BAZNAS meragukan laporan masyarakat, seharusnya mereka tidak tinggal diam. Lembaga tersebut wajib melakukan verifikasi lapangan, apalagi jika kasus yang dilaporkan menyangkut keselamatan dan kehidupan warga miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Krisis Kepercayaan terhadap Lembaga Zakat
Kasus Ma Eja menjadi salah satu contoh konkret bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat bisa tergerus akibat buruknya pelayanan. Eldy mengingatkan bahwa zakat merupakan amanah umat, dan lembaga seperti BAZNAS memiliki tanggung jawab moral serta hukum untuk menyalurkannya tepat sasaran.
“Zakat itu titipan Allah untuk orang miskin, bukan untuk dijadikan proyek birokrasi. Kalau tidak bisa mengelola dengan hati nurani, lebih baik mundur dari jabatan,” pungkas Eldy.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak BAZNAS Kabupaten Garut terkait viralnya video dan kritik tajam yang disampaikan sejumlah tokoh masyarakat. Namun, gelombang kritik ini tampaknya akan terus bergulir, mengingat kasus serupa disebut-sebut bukan kali pertama terjadi. (*)