
Oplus_131072
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Kondisi jalan penghubung antara Kecamatan Talegong dan Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat,kian memprihatinkan. Jalan yang seharusnya menjadi akses vital antar wilayah ini rusak parah di berbagai titik, menyulitkan aktivitas warga yang melintas setiap hari.
Hal ini mendapat sorotan tajam dari aktivis muda Garut, Egy Airlangga, yang menilai kerusakan tersebut mencerminkan lemahnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan infrastruktur yang merata.
Egy, yang dikenal vokal dalam isu-isu sosial dan pembangunan daerah, melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan menyaksikan sendiri bagaimana jalan penuh lubang, bergelombang, dan rawan kecelakaan. Ia menyebut kondisi ini sebagai tamparan keras bagi jargon “Garut Hebat” yang sering digembar-gemborkan pemerintah daerah.
“Kalau jalan penghubung antar kecamatan saja dibiarkan rusak selama bertahun-tahun tanpa perbaikan berarti, lalu di mana letak ‘Garut Hebat’ itu? Hebat di mana? Ini ironi,” ungkap Egy dengan nada kecewa saat berbicara kepada sejumlah awak media di lokasi peninjauan, Sabtu (24/05/2025).
Menurut Egy, jalan Talegong-Selaawi bukan hanya sekadar jalur transportasi, tapi menjadi urat nadi penggerak ekonomi rakyat. Banyak warga yang menggantungkan hidup dari aktivitas pertanian dan perdagangan yang membutuhkan akses jalan yang layak.
Kerusakan jalan menyebabkan biaya transportasi meningkat, waktu tempuh bertambah, bahkan tak jarang warga mengalami kecelakaan karena kondisi jalan yang tidak bersahabat, terutama saat hujan turun.
“Kondisi ini jelas menghambat perputaran ekonomi masyarakat. Petani kesulitan mengangkut hasil panen, pelajar harus berjibaku melewati jalan rusak untuk sampai ke sekolah, bahkan ambulans pun kesulitan membawa pasien dalam kondisi darurat. Ini bukan soal kenyamanan semata, tapi menyangkut keselamatan dan hak dasar masyarakat,” lanjutnya.
Egy menegaskan bahwa sudah banyak aspirasi dan keluhan warga disampaikan baik melalui musyawarah desa, media sosial, maupun jalur formal lainnya. Namun sampai hari ini, belum ada respons nyata dari pihak pemerintah daerah. Ia menduga ada pembiaran sistemik terhadap wilayah yang jauh dari pusat kota dan kurang strategis secara politik.
“Pemerintah jangan hanya fokus pada pembangunan yang bisa dilihat di pusat kota atau tempat wisata. Wilayah-wilayah seperti Talegong dan Selaawi juga bagian dari Garut. Warganya membayar pajak, punya hak yang sama untuk mendapatkan infrastruktur yang layak. Jangan diskriminatif dalam pembangunan,” tegasnya.
Egy pun mendesak Bupati Garut, Abdusyakur Amin dan Wakilnya, Putri Karlina untuk segera melakukan langkah konkret dan menjadikan perbaikan jalan ini sebagai prioritas mendesak. Ia bahkan menyarankan agar Pemkab Garut melakukan audit dan evaluasi menyeluruh terhadap proyek infrastruktur, agar dana publik benar-benar digunakan untuk kebutuhan yang mendesak dan tepat sasaran.
“Pemimpin itu harus hadir di tengah persoalan rakyatnya. Jangan hanya hadir di panggung seremonial atau saat kampanye. Ini waktunya membuktikan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat kecil,” pungkasnya.
Sementara itu, beberapa warga yang ditemui di lokasi mengaku lelah berharap. Mereka menginginkan adanya perubahan nyata, bukan sekadar janji atau peninjauan tanpa tindak lanjut. “Kalau tidak ada aktivis seperti Kang Egy yang bersuara, mungkin jalan ini akan terus dilupakan,” ujar Dedi, warga Talegong.
Sorotan dari aktivis muda seperti Egy Erlangga diharapkan mampu menjadi tekanan moral bagi pihak berwenang untuk segera bertindak. Karena bagi masyarakat di pelosok Garut, jalan rusak bukan sekadar hambatan fisik, melainkan simbol dari kealpaan negara terhadap kebutuhan dasar warganya. (**)