
Ruangrakyatgarut.id – Sejumlah tokoh, pegiat budaya, akademisi, tokoh agama, aktivis, dan masyarakat menghadiri forum diskusi kebudayaan bertajuk “Kebudayaan Sebagai Pemerdekaan” yang digelar di Caffe Nara Three, Jalan Hampor Garut, Sabtu (30/8/2025) sore. Suasana hangat dan penuh keakraban mewarnai jalannya kegiatan.
Diskusi menghadirkan narasumber penting dari berbagai latar belakang, di antaranya Ketua DPRD Kabupaten Garut Aris Munandar, S.Pd.I, tokoh budaya Ki Maher, akademisi Prof. Rofiq Anwar, serta pemerhati budaya Suluk Padjadjaran Deniz Kartawijaya. Para pembicara membedah peran kebudayaan sebagai fondasi dalam menjaga nilai kemerdekaan sekaligus memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
Ketua DPRD Garut, Aris Munandar, menekankan perlunya regulasi yang jelas untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan lokal. Kalau berbicara kebudayaan, ada yang diwariskan dan ada yang harus dikembangkan. Maka perlu perda yang mengatur itu, bukan sekadar simbol, melainkan pengakuan dan jati diri daerah,” ujarnya.
Menurutnya, perda kebudayaan nantinya dapat menjadi dasar hukum untuk melindungi, mengembangkan, sekaligus memberi hak paten terhadap budaya lokal Garut. Mulai dari bahasa, seni, pendidikan, hingga kearifan kampung adat.
Sementara itu, tokoh budaya Ki Maher menegaskan bahwa kebudayaan bukan sekadar pelengkap pembangunan, melainkan persoalan mendasar yang harus diposisikan sebagai isu strategis.
“Pemerintah daerah harus memiliki sense of importance terhadap kebudayaan. Sebab bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu mengelola kebudayaan sebagai kekuatan menuju pemerdekaan sejati,” tuturnya.
Ia menambahkan, Garut membutuhkan strategi kebudayaan yang terarah dalam kerangka visi Garut Hebat, baik untuk kebudayaan besar maupun tradisional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5.Diskusi ini menegaskan bahwa kebudayaan adalah bagian dari kebangsaan yang senantiasa mendukung kenegaraan. Tantangan ke depan adalah bagaimana merumuskan Strategi Kebudayaan Garut Hebat sebagai gerakan bersama, yang menempatkan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan, jati diri bangsa, serta kekuatan daerah menuju masa depan yang berkelanjutan. (Red)