
Ruangrakyatgarut.id 10 Agustus 2025 Meski publik saat ini masih banyak membicarakan dua nama yang menonjol di permukaan—Agil dan Oky—arus bawah politik KNPI Garut menunjukkan tanda-tanda gelombang yang lebih besar. Menjelang Musda DPD KNPI, sejumlah figur dari lintas OKP, partai politik, dan dunia usaha mulai mengintip peluang, siap mengubah arah peta dukungan dalam sekejap.
Dari jajaran pimpinan OKP, Zaeni Mufti, Ketua Angkatan Muda Ka’bah sekaligus Bendahara KNPI periode sebelumnya, dianggap punya jaringan yang tertata rapi. Rendy Destra Apriliando, Ketua Angkatan Muda Partai Golkar, menjadi ancaman serius dengan basis OKP kekaryaan yang loyal. Dari kursi legislatif muda, Fahad Fauzi (Ketua AMPI, anggota DPRD) dan Dila Biduri (Bendahara Tidar, anggota DPRD) memiliki keunggulan ganda—struktur partai dan pengaruh politik formal.
Sementara itu, Wildan, Luki, dan Jamal mulai dipandang sebagai elit muda di Garut. Ketiganya sudah menempati posisi strategis sebagai anggota DPRD Kabupaten Garut, yang memberi mereka akses luas di tataran elit politik daerah. Namun, secara usia dan latar belakang, mereka masih memenuhi kriteria calon Ketua KNPI. Wildan dikenal sebagai kader Sapma Pemuda Pancasila, Luki berangkat dari aktivis PMII, sedangkan Jamal punya akar kuat di HMI. Kombinasi status politik dan jejak kepemudaan membuat mereka berpotensi menjadi figur kompromi yang dapat menjembatani kepentingan antarblok.
Dari jalur pengusaha, Aji Sabda (Sekretaris Garda Bangsa Reformasi, putra anggota DPR RI Imas Aan, dan Bendahara Umum PP PKB) dianggap memiliki kombinasi modal finansial dan dukungan politik. Panggung ini juga tak lepas dari potensi manuver partai lain, seperti Haris Mandala (Ketua DPD NasDem) dan Ramlan Gumilar (Ketua PSI Garut sekaligus aktivis HMI), yang dapat memecah kekuatan basis aktivis kampus jika turun gelanggang.
Di luar itu, “bisik-bisik politik” menyebut dua nama lama yang kerap muncul di setiap perhelatan KNPI—Ryan Multama dan Irfan Kacang. Ryan adalah nama yang sempat digadang-gadang maju sebagai Ketua KNPI sebelum akhirnya digantikan oleh Okke untuk maju dari organisasi Sapma. Sebagai kompensasi, Ryan menempati posisi strategis sebagai Wakil Ketua 1—posisi yang sering dianggap “jantung” KNPI—dan berhasil menorehkan banyak prestasi melalui produk pemikiran monumental yang memperkuat peran organisasi. Posisi tersebut kemudian dipegang oleh Irfan Kacang di periode kedua Okke. Sosok Irfan yang berasal dari PMII juga dikenal sebagai figur tenang namun penuh strategi. Berangkat dari dua OKP besar—Sapma dan PMII—Ryan dan Irfan sama-sama memiliki modal pengalaman dan basis massa yang cukup untuk kembali diperhitungkan.
Sebetulnya, masih banyak nama potensial yang berasal dari OKP-OKP besar—baik dari kalangan nasionalis, ormas Islam, maupun sayap-sayap ormas. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, nama-nama tersebut bisa saja dimunculkan ke permukaan di momen yang tepat atau justru memilih menjalin koalisi bawah tanah untuk memperkuat kandidat yang sudah lebih dulu bertengger di bursa. Manuver semacam ini bukan hal baru di KNPI Garut, di mana dukungan bisa bergeser secara tiba-tiba menjelang pemungutan suara.
Dengan peta kekuatan yang begitu cair, Musda KNPI Garut kali ini diprediksi akan berlangsung panas, penuh lobi, dan sarat kejutan di menit terakhir. Pertanyaan yang menggantung di kalangan aktivis kini bukan lagi siapa yang akan maju, melainkan siapa yang mampu merajut koalisi, mengamankan dukungan, dan bertahan dari manuver lawan hingga gong Musda dibunyikan.