
Oplus_131072
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Upaya membangun kedekatan antara pemerintah kelurahan dan masyarakat kembali ditunjukkan oleh Lurah Sukamentri, Wijiyono, SE., M.Si., melalui program inovatif bertajuk “Nganjang Bareng Lurah” atau disingkat Ngabalur.
Program ini menjadi terobosan dalam menciptakan ruang dialog dan interaksi langsung dengan warga, sekaligus menjadi sarana untuk menyerap aspirasi secara lebih akurat dan responsif.
Pada peluncuran perdananya, program Ngabalur dimulai dengan kegiatan bersih-bersih lingkungan yang digelar serentak di seluruh wilayah Kelurahan Sukamentri. Tak tanggung-tanggung, kegiatan ini melibatkan seluruh 25 Rukun Warga (RW) yang ada, dengan pelibatan aktif berbagai elemen masyarakat mulai dari RT/RW, tokoh masyarakat, kader PKK, Karang Taruna, hingga Linmas.
Lurah Wijiyono sendiri hadir langsung ke sejumlah titik untuk meninjau dan bahkan terlibat dalam kegiatan. Ia menyambangi kawasan padat penduduk seperti RW 03 dan RW 06, membersihkan selokan di RW 12 dan RW 14, hingga memantau pemanfaatan ruang terbuka hijau di RW 20.
Dalam setiap kunjungan, Wijiyono tak sekadar berdialog, tetapi juga ikut bekerja – memungut sampah, mencabut gulma, dan memberikan pengarahan soal pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kebijakan di atas kertas, tapi juga soal aksi nyata. Lewat Ngabalur, kami membuka ruang ngobrol santai, namun substansial. Dari sini, kita bisa memahami langsung persoalan di masyarakat, tanpa jarak,” ujar Wijiyono saat ditemui di sela-sela kegiatan di RW 25. Jum’at, (16/05/2025).
Kegiatan bersih-bersih ini menurut Wijiyono bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk awal dari gerakan kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan. Ia menekankan bahwa kelurahan tidak bisa bekerja sendiri dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Peran aktif masyarakat adalah kunci utama.
“Menjaga kebersihan bukan hanya tugas petugas kebersihan atau kelurahan, tapi semua pihak. Kalau lingkungan bersih dan sehat, maka kualitas hidup juga meningkat. Dan yang lebih penting, ini adalah wujud cinta kita pada tempat tinggal sendiri,” imbuhnya.
Program Ngabalur mendapat sambutan hangat dari warga. Banyak yang merasa lebih dihargai karena pemimpinnya hadir langsung dan mendengar keluhan mereka tanpa sekat. Salah satunya disampaikan oleh Pak Rasmad, tokoh masyarakat di RW 09.
“Sudah lama kami berharap ada pemimpin yang mau turun langsung. Sekarang Lurah datang, ngobrol, bahkan ikut bersih-bersih. Ini contoh yang bagus. Masyarakat jadi lebih semangat,” ucapnya.
Menurut Wijiyono, program Ngabalur tidak akan berhenti pada kegiatan bersih-bersih saja. Ke depan, program ini akan menjadi agenda rutin bulanan yang menyasar berbagai sektor, mulai dari kebersihan lingkungan, pendidikan anak, penguatan ekonomi warga, hingga keamanan dan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat.
Ia juga menyebutkan bahwa Ngabalur merupakan bagian dari visi besar Kelurahan Sukamentri dalam membangun sistem pemerintahan yang partisipatif, humanis, dan adaptif terhadap dinamika sosial. Ia ingin menjadikan kelurahannya sebagai role model bagi wilayah lain dalam hal pendekatan pelayanan publik yang membumi dan menyentuh langsung kebutuhan warga.
“Kita tidak bisa lagi berpikir top-down dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan kolaboratif adalah kunci. Dan Ngabalur adalah salah satu cara kami menjembatani komunikasi antara pemerintah dan warga agar lebih erat, terbuka, dan produktif,” jelasnya.
Dengan semangat kolaborasi yang digaungkan melalui Ngabalur, Kelurahan Sukamentri menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah dan masyarakat mampu melahirkan solusi konkret dan gerakan positif di tingkat akar rumput.
Di tengah tantangan urbanisasi dan kompleksitas sosial perkotaan, pendekatan ini menjadi angin segar dalam praktik pelayanan publik yang inklusif dan berkelanjutan.(*)