
Ruangrakyatgarut.id 11/09/2025— Kritik tajam kembali disuarakan oleh Dera Hermana, aktivis yang juga Koordinator Panggung Rakyat. Ia menilai slogan “Garut Hebat” yang kerap digaungkan pemerintah daerah tidak lebih dari sekadar hiasan di media sosial.
Menurut Dera, kondisi nyata di lapangan justru berbanding terbalik dengan citra yang dipoles di ruang digital. Polemik dunia pendidikan, lemahnya peran pemerintah, hingga minimnya perubahan kebijakan menjadi bukti bahwa jargon tersebut tidak menyentuh persoalan mendasar rakyat.
Ia menyoroti ketimpangan sosial yang kian terasa, mulai dari kehidupan janda lansia yang memprihatinkan, kaum miskin kota, hingga buruh tani yang tanahnya dirampas. Sementara di sisi lain, pejabat Garut mempertontonkan gaya hidup mewah yang justru memicu kecemburuan sosial.
Dera juga menyinggung buruknya kualitas pelayanan publik. Ia menilai kasus yang dialami Abenk Marco—aktor Preman Pensiun yang mengeluhkan sulitnya mengurus izin mendirikan masjid di Garut—adalah tamparan keras bagi pemerintah daerah.
“Ini bukti pelayanan publik kita bobrok. Gedung MPP mewah, tapi rakyat dipersulit. Pejabat terlalu sibuk dengan acara seremonial, jauh dari keberpihakan kepada rakyat,” tegasnya.
Lebih jauh, Dera menilai reformasi birokrasi di Garut masih jauh dari harapan. Ia menyinggung defisit anggaran rumah sakit yang mencapai Rp30 miliar sebagai bukti lemahnya tata kelola. Menurutnya, sulit berharap ada perubahan jika pemimpin daerah saat ini justru alergi kritik.
“Untuk sekadar komunikasi saja susah, padahal saat kampanye dulu tiap hari hilir mudik menemui rakyat. Setelah berkuasa, justru tertutup dan abai,” pungkas Dera. (Red)