Ruangrakyatgarut.id 10 Desember 2025 — Dalam momentum Hari Hak Asasi Manusia Internasional, aktivis muda Garut Aris Kharisma menyampaikan pernyataan keras terkait masih jauhnya pemenuhan hak-hak dasar warga di Indonesia, termasuk di daerah. Ia menilai realitas HAM di lapangan jauh dari apa yang seharusnya dijamin oleh konstitusi.
Aris menyebut peringatan Hari HAM bukan ajang seremoni atau slogan kosong yang digaungkan setiap tahun. Menurutnya, hari ini seharusnya menjadi cermin bahwa masih banyak warga yang menghadapi diskriminasi, ketidakadilan, serta pembatasan kebebasan berekspresi. “Kalau rakyat masih takut bersuara, berarti ada yang salah dengan wajah HAM kita,” tegasnya.
Ia menyoroti bahwa kesetaraan hak belum dirasakan secara utuh oleh kelompok rentan, mulai dari masyarakat kecil, buruh, perempuan, hingga komunitas minoritas. Banyak dari mereka yang, menurut Aris, masih terpinggirkan dalam akses hukum, bantuan sosial, dan pelayanan publik.
Lebih jauh, ia menilai keadilan masih sering tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Aris menegaskan bahwa HAM tidak akan memiliki makna jika aparat maupun lembaga publik tidak menjalankan kewajiban mereka secara profesional dan berkeadilan. “Keadilan yang tidak bisa menyentuh semua orang adalah keadilan yang cacat,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pembatasan ruang berekspresi yang kerap terjadi, baik melalui tekanan sosial, intimidasi, maupun tindakan aparat yang tidak proporsional. Aris menegaskan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak yang tidak boleh diganggu oleh siapa pun. “Jangan pernah bungkam suara rakyat dengan cara apa pun,” katanya.
Menurut Aris, pemerintah memiliki kewajiban untuk memastikan setiap warga diperlakukan dengan martabat yang sama, tanpa diskriminasi. Ia menyebutkan bahwa negara tidak boleh abai atau menutup mata terhadap berbagai laporan pelanggaran HAM yang terjadi di masyarakat.
Aris pun mendorong masyarakat sipil untuk tetap vokal dan tidak gentar dalam memperjuangkan hak-haknya. Ia mengingatkan bahwa perubahan besar selalu datang dari keberanian warga untuk mengoreksi ketidakadilan. “HAM bukan hadiah dari penguasa—itu hak yang melekat sejak kita lahir,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Aris menyerukan agar Hari HAM Sedunia dijadikan momentum untuk memperkuat gerakan kemanusiaan. “Ini bukan hari untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Ini hari untuk mengingatkan bahwa perjuangan kesetaraan, keadilan, dan kebebasan adalah tugas setiap orang,” pungkasnya.
