
Ruangrakyatgarut.id 01/09/2025 – Ratusan guru madrasah di Kabupaten Garut dipaksa turun ke jalan, berteriak menuntut keadilan. Ironisnya, Dewan Pendidikan Garut yang seharusnya menjadi jembatan antara guru dan pemerintah justru membisu. Fakta ini menunjukkan kegagalan telak lembaga tersebut—sebuah lembaga yang hanya menghabiskan anggaran, tanpa hasil nyata bagi pendidikan.
Di tengah keringat dan jeritan para guru, Dewan Pendidikan Garut absen total. Tidak ada advokasi, tidak ada pembelaan, bahkan sekadar keberpihakan pun nihil. Mereka hanya menjadi penonton bisu, padahal nasib ribuan guru madrasah sedang dipertaruhkan.
“Untuk apa ada Dewan Pendidikan kalau guru madrasah tetap terabaikan? Lebih baik dibubarkan saja, daripada hanya jadi beban APBD,” teriak salah satu orator dengan nada marah.
Kenyataan ini menampar wajah pendidikan di Garut. Dewan Pendidikan yang dibiayai dengan uang rakyat justru tidak berfungsi. Padahal, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jelas menugaskan dewan pendidikan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, termasuk guru. Namun yang terjadi, lembaga ini hanya menjadi formalitas tanpa kerja nyata.
Aksi guru madrasah hari ini bukan sekadar unjuk rasa, tapi sebuah perlawanan terhadap sistem yang timpang. Ketika Dewan Pendidikan gagal total, maka tuntutan pembubaran bukanlah wacana kosong, melainkan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan dunia pendidikan dari lembaga mandul yang hanya mempermalukan kabupaten ini.
Rakyat Garut kini patut bertanya: apakah kita rela uang daerah habis untuk menghidupi lembaga yang tidak berguna? Ataukah sudah saatnya Bupati Garut berani mengambil langkah tegas, membubarkan Dewan Pendidikan, sebelum lembaga ini semakin mempermalukan wajah pendidikan kita? (Wan)