
Ruangrakyatgarut.id – Polemik bantuan beras Bulog kembali memicu kemarahan publik. Laporan masyarakat menunjukkan, beras yang dibagikan bukan hanya berbau tidak sedap dan berwarna kuning, tetapi juga memiliki timbangan yang tidak sesuai standar. Kondisi ini menambah penderitaan warga miskin yang seharusnya dilindungi negara.
“Ini bukan sekadar bantuan, tapi masalah martabat! Masa rakyat kecil dikasih beras bau, kuning, dan timbangannya pun kurang?” tegas aktivis muda Iwan Setiawan, salah satu tokoh yang vokal memprotes kondisi tersebut.
Iwan menilai persoalan ini mencerminkan lemahnya satgas pangan terhadap pengawasan Bulog dan pemerintah daerah dalam memastikan kualitas dan kuantitas bantuan pangan. Ia menegaskan bahwa masalah ini tidak boleh dianggap sepele, karena menyangkut kepercayaan publik terhadap negara.
“Kalau beras bantuan saja dibiarkan buruk seperti ini, bagaimana publik mau percaya bahwa negara serius menyejahterakan rakyatnya?” ujarnya geram.
Jika dibiarkan, ini bukan hanya soal kemiskinan, tapi juga pelecehan terhadap hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pangan yang layak dan sehat,” tambahnya.
Ia juga meminta pemerintah daerah dan DPRD segera turun tangan melakukan pengawasan serta mengambil tindakan tegas agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
Aktivis itu mendesak audit menyeluruh, penggantian beras yang layak konsumsi, serta sanksi tegas terhadap pihak yang lalai. “Rakyat berhak menerima bantuan yang manusiawi, bukan sisa-sisa yang tak layak makan,” pungkasnya.