
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Ketika banyak orang memandang hutan hanya sebagai kawasan terlarang atau sumber konflik, Ganda Permana, S.H. melihatnya sebagai peluang emas untuk memberdayakan desa dan mengangkat martabat masyarakat pinggiran.
Ketua DPD LSM GMBI Distrik Kabupaten Garut ini kini menjabat juga sebagai Ketua DPC GEMA PS (Gerakan Masyarakat Perhutanan Sosial) Kabupaten Garut, membawa visi baru: hutan bukan untuk dibiarkan, tapi untuk dikelola bersama rakyat.
Dengan latar belakang aktivisme yang panjang dan tajam, Ganda bertransformasi menjadi sosok strategis yang mengusung pendekatan kolaboratif dan legal untuk memperjuangkan hak masyarakat desa atas sumber daya alam, khususnya di sektor kehutanan.
“Rakyat tidak boleh hanya jadi penonton. Hutan harus jadi sumber kehidupan, bukan hanya simbol kekayaan alam yang tak tersentuh,” tegas Ganda saat di mintai keterangan melalui sambungan Whatsappnya. Jum’at,(11/07/2025).
Dari Orasi Jalanan ke Diplomasi Hutan
Perjalanan Ganda dari aktivis vokal di jalanan menjadi pemikir kebijakan lokal adalah contoh evolusi perjuangan sosial yang matang. Saat memimpin GMBI, ia dikenal kritis terhadap ketimpangan pelayanan publik.
Saat ini, bersama GEMA PS, ia fokus pada implementasi program perhutanan sosial sebagai instrumen legal untuk menjawab kemiskinan di desa-desa sekitar hutan.
Ia tak sekadar berbicara di ruang publik, tapi juga turun langsung ke desa-desa, menginisiasi diskusi, dan menyusun strategi pemberdayaan yang berbasis data dan regulasi.
FGD: Titik Tolak Gerakan Rakyat Kelola Hutan
Salah satu langkah konkret yang dilakukan Ganda adalah penyelenggaraan Forum Group Discussion (FGD) bertema “Memperkuat Ekonomi Masyarakat Melalui Perhutanan Sosial”, pada Juni 2025. Forum ini mempertemukan akademisi, birokrat, aktivis, hingga para kepala desa, membahas bagaimana program perhutanan sosial bisa diintegrasikan dalam pembangunan desa.
Dari Zona Mati ke Zona Mandiri
Garut memiliki ribuan hektare kawasan hutan negara yang sebagian besar tidak terkelola secara optimal. Banyak dari kawasan itu justru menjadi wilayah tak bertuan yang rawan konflik atau dikuasai oknum tak bertanggung jawab.
Melalui GEMA PS, Ganda mendorong perubahan cara pandang. Hutan bukan zona mati, melainkan potensi luar biasa untuk mewujudkan desa mandiri dan sejahtera.
“Kita jangan tunggu bantuan datang. Kita bangun dari desa, dari bawah. Negara sudah buka jalan, tinggal kita yang susun barisan,” ujarnya penuh keyakinan.
Bangun Gerakan, Bukan Sekadar Program
Yang membedakan Ganda dengan banyak penggerak lainnya adalah komitmennya membangun movement, bukan sekadar menjalankan program. Ia sadar bahwa keberhasilan perhutanan sosial bukan hanya soal izin dan kertas kerja, tapi soal bagaimana rakyat dilibatkan, diberdayakan, dan dijadikan pemilik perubahan.
GEMA PS di bawah kepemimpinannya sudah memulai pelatihan lapangan, sosialisasi ke desa-desa potensial, dan membangun jejaring kerja sama lintas lembaga.
Sebuah Harapan dari Pinggiran
Ganda Permana, S.H. adalah contoh bahwa aktivisme tidak harus berhenti di jalanan. Ia membuktikan bahwa suara rakyat bisa menjelma menjadi kebijakan, asal dibungkus dengan niat tulus dan kerja konkret. Dari pinggir hutan Garut, ia menyalakan obor harapan: agar rakyat tak lagi hanya menjaga hutan, tapi juga mendapatkan hak dan manfaat darinya.
Melalui perhutanan sosial, Ganda ingin mengakhiri era “hutan untuk elit” dan membuka lembaran baru: “hutan untuk rakyat.” Sebab bagi Ganda, di balik belantara itu ada masa depan desa yang lebih cerah. (*)