
Garut,RuangRakyatGarut.id – Dinamika demokrasi organisasi kembali mengemuka di lingkungan guru Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Pasirwangi periode 2025–2030 kini memasuki babak penting.
Sementara salah satu tokoh yang mencuri perhatian adalah Ahmad Sobur, S.Pd.I, yang resmi menyatakan kesiapannya maju sebagai kandidat dengan membawa misi perubahan dan gagasan segar.
Ahmad Sobur bukan wajah baru di dunia pendidikan Pasirwangi. Selain menjabat sebagai Kepala SDN 2 Padamulya dan Plt Kepala SDN 3 Padamulya, ia juga dikenal sebagai mantan Wakil Ketua PGRI Pasirwangi. Kini, ia menantang status quo dengan pendekatan yang dinilai lebih membumi dan menyentuh langsung problematika guru di lapangan.
Simbol Konsistensi dan Arah Terukur
Di tengah wacana perubahan, Ahmad Sobur menampilkan diri sebagai tokoh yang menawarkan konsistensi dan kestabilan organisasi. Ia menyampaikan visinya untuk melakukan pendataan ulang keanggotaan, menggiatkan pelatihan rutin peningkatan kompetensi guru, serta membangun komunikasi strategis dengan pemerintah daerah, khususnya dalam memperjuangkan hak-hak guru honorer.
“Kita harus hadir sebagai organisasi yang terstruktur, kredibel, dan konsisten dalam memperjuangkan nasib guru. Bukan sekadar seremonial, tapi kerja nyata,” ujar Ahmad saat rapat bersama para kepala sekolah, Rabu (09/07/2025).
Suara Baru dari Pinggiran
Namun kekuatan utama Ahmad Sobur terletak pada kemampuannya membangun koneksi emosional dengan para guru, terutama mereka yang bertugas di sekolah pinggiran. Dalam sejumlah dialog, ia menyoroti pentingnya pemerataan fasilitas pendidikan dan kehadiran PGRI sebagai wadah inklusif bagi semua kalangan.
“Banyak guru merasa jauh dari organisasi. Kami ingin PGRI hadir secara nyata, bukan hanya pada saat rapat atau seremonial,” ucapnya di hadapan para guru muda Pasirwangi.
Keberhasilan Ahmad dalam memimpin dua sekolah di tengah keterbatasan menjadi bukti kepiawaiannya dalam manajemen pendidikan. Sosoknya dianggap mampu menjembatani antara keperluan administratif organisasi dan kebutuhan riil guru di lapangan.
Antara Stabilitas dan Perubahan
Ajang pemilihan kali ini bukan sekadar tentang popularitas, tapi pertarungan ide dan arah masa depan organisasi. Di satu sisi, ada suara yang ingin menjaga ritme dan tradisi organisasi, namun di sisi lain, muncul energi baru yang ingin memperluas jangkauan dan peran PGRI secara lebih aktif.
Salah satu guru honorer berharap ke depan PGRI bisa lebih banyak turun langsung ke lapangan. “Kami ingin didengar, bukan sekadar diundang. Semoga siapapun yang terpilih bisa mengubah itu.”
Sementara seorang kepala sekolah menilai pentingnya kesinambungan. “Kami ingin pemimpin yang sudah paham peta organisasi dan bisa membawa kapal ini tetap stabil. Ahmad Sobur punya rekam jejak itu.”
Pemilihan yang Inklusif dan Transparan
Panitia memastikan proses pemilihan akan berlangsung secara transparan, demokratis, dan akuntabel. PGRI Kabupaten Garut juga akan terlibat dalam pengawasan, termasuk pada tahap debat kandidat yang sedang dipersiapkan.
“Kita ingin pemilihan ini menjadi ajang pembelajaran demokrasi yang sehat bagi kalangan guru,” ungkap Ketua Panitia Pemilihan.
Masa Depan PGRI Ada di Tangan Guru
Siapapun yang terpilih, guru-guru Pasirwangi berharap PGRI bukan hanya menjadi simbol, tapi motor perjuangan yang nyata. Organisasi diharapkan tidak hanya menjembatani persoalan kesejahteraan, tetapi juga memperkuat solidaritas dan daya juang komunitas guru dalam menghadapi tantangan pendidikan yang terus berkembang.
Ahmad Sobur telah menunjukkan dirinya sebagai figur dengan kapasitas dan keberanian menawarkan sesuatu yang berbeda. Kini, giliran para anggota menentukan: akan bertahan dalam pola lama atau membuka lembaran baru untuk PGRI Pasirwangi.
RuangRakyatGarut.id akan terus mengawal proses ini dengan prinsip jurnalisme yang adil, akurat, dan berpihak pada kemajuan pendidikan. (*)