
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Di tengah semangat demokrasi partisipatif yang terus tumbuh di akar rumput, Anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Yudha Puja Turnawan, kembali menunjukkan komitmennya sebagai wakil rakyat yang hadir dan mendengar langsung suara masyarakat. Pada Senin, 7 Juli 2025, Yudha menggelar kegiatan reses di Aula Desa Langensari, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, yang dihadiri ratusan warga serta para pemangku kepentingan dari berbagai dinas dan instansi.
Kegiatan reses ini menjadi momentum penting dalam membangun jembatan komunikasi antara rakyat dan pemerintah.
Dihadiri oleh 12 RW yang ada di Desa Langensari, acara berlangsung penuh antusias dan interaktif. Warga dari berbagai latar belakang berbondong-bondong menghadiri acara, menjadikannya tak sekadar forum resmi, tapi ruang kolektif untuk menyampaikan harapan dan keluhan dengan penuh harap.
Dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Desa Langensari, Uus Sudahman, kegiatan reses ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah seperti Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Garut Ade Hendarsah, Sekretaris Dinas Kesehatan Garut Yodi Sirajuddin, Kabid Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Garut Suriana, Kabid LKD dari DPMPD Asep Jawahir, Sekretaris Dinas PUPR Edi Kuntoro, serta perwakilan dari Dinas Sosial dan Dinas Kebudayaan. Camat Tarogong Kidul, Rahmat Alamsyah, pun turut hadir, memperkuat sinergi lintas sektor dalam mendengarkan aspirasi masyarakat.
Aspirasi Masyarakat yang Mengemuka
Dalam suasana yang hangat dan penuh keakraban, warga menyampaikan sejumlah isu penting yang menjadi perhatian mereka selama ini. Salah satu sorotan utama datang dari komunitas seni bela diri, khususnya pencak silat.
Warga meminta agar pemerintah daerah memberikan dukungan yang lebih nyata terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional, terutama dalam bentuk fasilitas dan pembinaan bagi para pesilat muda di Langensari.
“Ini bagian dari jati diri kami sebagai bangsa. Pencak silat harus terus hidup di tengah masyarakat, dan kami butuh dukungan dari pemerintah,” ujar salah seorang tokoh masyarakat yang menyampaikan aspirasinya dengan penuh semangat.
Kritik dan harapan juga datang dari RW 01 Komplek Amerta yang mengungkapkan kekecewaan terhadap belum terealisasinya penanganan krisis air bersih yang sudah sejak lama dijanjikan oleh PDAM. Mereka mengaku telah lama mengalami kesulitan air bersih, terlebih saat musim kemarau tiba.
“Kami sudah lelah dengan janji. Air adalah kebutuhan mendasar, dan kami berharap ini segera ditindaklanjuti,” ungkap salah satu warga dengan nada tegas namun tetap santun.
Sementara itu, warga RW 07 menyoroti kondisi drainase yang buruk dan keterbatasan lahan pemakaman. Mereka bahkan telah melakukan gotong royong dan iuran mandiri secara berkala untuk mengantisipasi keterbatasan lahan kuburan yang semakin menyempit.
“Kami sudah urunan setiap bulan untuk bisa membeli lahan baru. Tapi kami butuh dukungan dari pemerintah agar persoalan ini benar-benar mendapat perhatian,” ujar warga RW 07 yang telah menggagas gerakan sosial tersebut.
Tanggapan dan Komitmen Yudha Puja Turnawan
Menanggapi berbagai keluhan dan aspirasi warga, Yudha Puja Turnawan tampil lugas dan menyejukkan. Ia menyampaikan bahwa seluruh masukan telah dicatat, dan akan diperjuangkan melalui mekanisme resmi penganggaran di APBD Kabupaten Garut.
“Saya hadir bukan hanya untuk mendengar, tetapi untuk memperjuangkan. Aspirasi dari warga Desa Langensari, baik yang menyangkut kebudayaan, air bersih, maupun infrastruktur dan lahan pemakaman, semuanya akan saya bawa ke meja rapat dewan. Saya akan ikhtiarkan semaksimal mungkin agar ada realisasi yang konkret,” tegasnya.
Yudha juga menyampaikan bahwa semua catatan aspirasi telah ditampung dan dikoordinasikan bersama pihak terkait, termasuk melalui Kabid Litbang, Pak Iman, yang secara langsung turut mencatat semua masukan penting dari warga. Ia menekankan pentingnya praktik politik yang berpihak pada rakyat serta perlunya memperkuat demokrasi partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik.
“Demokrasi bukan hanya tentang memilih saat pemilu. Demokrasi yang sehat adalah yang melibatkan rakyat setiap saat. Dan reses seperti ini adalah salah satu bentuk nyatanya,” tambah Yudha.
Reses Sebagai Instrumen Politik Keseharian
Bagi Yudha, reses bukanlah rutinitas semata atau kewajiban seremonial sebagai anggota dewan. Ia melihatnya sebagai ruang hidup dari demokrasi, di mana suara rakyat harus mendapatkan tempat yang pantas dalam peta pembangunan daerah.
“Saya percaya bahwa pembangunan tidak bisa hanya datang dari atas ke bawah. Harus ada suara dari bawah yang didengar dan menjadi bahan pertimbangan utama. Di situlah letak pentingnya kehadiran saya di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Reses di Desa Langensari ini meneguhkan kembali peran vital anggota legislatif dalam memastikan bahwa kebijakan yang disusun benar-benar berakar pada kebutuhan nyata masyarakat. Komitmen Yudha untuk terus hadir dan memperjuangkan kepentingan warga adalah cermin dari wakil rakyat yang tidak hanya bekerja di balik meja, tetapi juga menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat. (*)