
Garut,RuangRakyatGarut.id – Kegiatan reses bukanlah sekadar rutinitas formal dalam kalender kerja anggota dewan. Bagi Suprih Rozikin, S.H., M.H., Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Garut, Jawa Barat,reses menjadi momentum untuk menyerap denyut kebutuhan rakyat, mendengar langsung keluhan, harapan, hingga mimpi warga di pelosok desa. Hal itulah yang tampak dalam pelaksanaan resesnya di Desa Sukalillah, Kecamatan Sukaresmi, Kamis siang (03/07/2025).
Kedatangan Suprih Rozikin ke Desa Sukalillah disambut antusias oleh warga dan jajaran pemerintah desa. Hadir pula Kepala Desa Sukalillah, Asep Haris, S.Pi., bersama perangkat desa, BPD, LPM, Babinsa, Bhabinkamtibmas, tokoh masyarakat, pengurus Karang Taruna, dan sejumlah warga dari berbagai dusun. Reses dilangsungkan di Kantor Desa Sukalillah dalam suasana kekeluargaan, penuh harap, dan interaktif.
Aspirasi Utama Warga: Infrastruktur Jadi Sorotan Serius
Dalam sesi dialog, warga secara terbuka menyampaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi sehari-hari. Salah satu aspirasi paling dominan adalah kondisi infrastruktur jalan desa yang dinilai masih jauh dari layak.
Warga berharap agar pemerintah melalui DPRD bisa memprioritaskan pembangunan dan perbaikan akses jalan, terutama jalan penghubung antar dusun serta jalur utama yang digunakan masyarakat untuk kegiatan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
“Kami butuh jalan yang layak Pak, supaya aktivitas warga lancar. Jalan sekarang banyak berlubang dan rawan kecelakaan, apalagi saat musim hujan,” ungkap seorang tokoh masyarakat.
Menanggapi hal itu, Suprih Rozikin menyampaikan bahwa perbaikan dan peningkatan infrastruktur dasar merupakan salah satu agenda utama yang akan dia kawal dalam penyusunan anggaran 2025.
“Kami di Komisi II punya kewenangan untuk mengawal sektor-sektor strategis, termasuk pembangunan desa. Saya pastikan usulan ini akan kami bawa ke pembahasan APBD agar bisa direalisasikan secara bertahap,” ujarnya.
Pendidikan Jadi Isu Sensitif: Suprih Dukung Kesetaraan Negeri dan Swasta
Selain infrastruktur, warga juga menyoroti ketimpangan dalam sektor pendidikan, khususnya yang dirasakan oleh sekolah swasta di tengah kebijakan sistem zonasi.
Kepala Desa Asep Haris secara lugas menyampaikan kegelisahan para orang tua dan pengelola sekolah swasta yang merasa semakin tersisih akibat aturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang hanya menguntungkan sekolah negeri.
“Kita ingin ada keberpihakan. Sekolah swasta juga bagian dari sistem pendidikan. Kalau terus dikesampingkan, bagaimana nasib anak-anak kita yang tidak tertampung di negeri?” katanya.
Menjawab hal itu, Suprih mengakui bahwa isu tersebut memang menjadi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan Garut. Ia menyatakan dukungannya terhadap perlunya kebijakan yang adil, yang tidak mendiskriminasi lembaga pendidikan swasta.
“Pendidikan adalah hak semua anak. Kita akan mendorong Dinas Pendidikan agar memperhatikan keberimbangan antara negeri dan swasta. Kita juga akan evaluasi sistem zonasi agar tidak menjadi penghambat,” tuturnya.
Penerangan Jalan Umum (PJU): Permintaan Mendesak Warga Demi Keamanan
Salah satu aspirasi paling mendesak yang disampaikan warga Desa Sukalillah adalah kurangnya penerangan jalan umum di berbagai titik jalan desa. Kondisi tersebut dinilai membahayakan, terutama bagi masyarakat yang beraktivitas pada malam hari.
Warga menilai bahwa minimnya PJU membuka celah bagi kejahatan, serta meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas dan tindak kriminal.
“Kalau malam gelap gulita. Kita takut jalan kaki, apalagi anak-anak pulang ngaji atau pekerja pulang malam. Harus ada penerangan supaya aman,” keluh warga lainnya.
Suprih merespons aspirasi ini dengan empati. Ia berjanji akan mengupayakan pengadaan dan pemasangan PJU melalui koordinasi lintas sektor, baik melalui APBD maupun sinergi program dari pemerintah provinsi dan pusat.
“Penerangan jalan mungkin terlihat hal kecil, tapi ini menyangkut rasa aman warga. Saya akan pastikan permintaan ini jadi prioritas penganggaran,” tegasnya.
Bukan Seremonial, Tapi Komitmen Legislator
Kegiatan reses tersebut ditutup dengan dialog terbuka antara Suprih Rozikin dan warga. Selain isu utama, warga juga menyampaikan aspirasi lain seperti penguatan program keagamaan, ekonomi kerakyatan, pelayanan publik, serta dukungan terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan.
Suprih menekankan bahwa kehadirannya dalam reses bukan sekadar formalitas, tetapi sebagai bentuk nyata tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat.
“Saya datang bukan hanya mencatat keluhan, tapi memastikan bahwa suara warga benar-benar sampai ke ruang rapat DPRD dan perangkat eksekutif. Saya akan kawal sampai realisasi,” tandasnya.
Ia pun mengajak seluruh elemen desa untuk terus bersinergi, menjaga semangat gotong royong, serta aktif mengawal pembangunan yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak.
Harapan Besar dari Warga Sukalillah
Usai reses, warga menyampaikan apresiasi kepada Suprih Rozikin atas keberaniannya turun langsung mendengar jeritan masyarakat desa. Kepala Desa Asep Haris juga berharap agar pertemuan ini bisa menjadi awal dari perubahan nyata di Sukalillah, terutama dalam hal peningkatan kualitas hidup warga.
“Kami tidak minta yang muluk-muluk, hanya ingin desa kami diperhatikan. Kami butuh dukungan dari DPRD agar pembangunan bisa dirasakan hingga ke pelosok,” pungkasnya.
RuangRakyatGarut.id akan terus memantau dan mengabarkan perkembangan realisasi dari aspirasi warga Desa Sukalillah yang disampaikan dalam kegiatan reses tersebut. Semoga langkah ini menjadi bagian dari proses pembangunan Garut yang lebih merata dan berkeadilan. (**)