
Oplus_0
Garut,RuangRakyatGarut.id – Suasana haru, hangat, dan penuh nilai-nilai budaya terasa menyelimuti pelaksanaan program Nyaah ka Indung yang digelar di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kehadiran Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa “Bapa Aing”, menjadi magnet tersendiri bagi ribuan warga yang memadati area acara.
Dalam agenda tersebut, Kang Dedi turut didampingi oleh Bupati Garut Syakur Amin dan Wakil Bupati drg. Putri Karlina, MBA, yang juga diketahui sebagai calon menantu sang gubernur. Program ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menanamkan kembali nilai-nilai luhur budaya Sunda, terutama yang berkaitan dengan peran dan kehormatan seorang ibu (indung) dalam membentuk karakter dan masa depan anak-anak.
Pidato Haru Wakil Bupati Putri Karlina
Membuka acara, Wakil Bupati Garut drg. Putri Karlina memberikan sambutan penuh makna. Ia menyampaikan rasa syukur dan haru atas pencapaian yang telah diraihnya sebagai wakil bupati perempuan pertama dalam sejarah Kabupaten Garut. Dengan suara bergetar dan air mata yang menetes, Putri menyebut bahwa keberhasilannya tak terlepas dari peran besar seorang ibu.
“Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa doa dan didikan ibu saya. Beliau adalah pilar dalam hidup saya,” ujar Putri dengan nada haru. Lebih menarik, dalam suasana penuh keakraban tersebut, Putri secara spontan menyebut Kang Dedi dengan istilah “Mitoha Aing”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Mertua Saya”. Ungkapan tersebut sontak disambut tepuk tangan dan tawa ringan dari para hadirin, termasuk Kang Dedi yang terlihat tersenyum lebar.
Sindiran Gaya Kang Dedi: Sindir Maulana Akbar, Guyonan Pecah Suasana
Kang Dedi, yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang akrab dan blak-blakan, juga menyisipkan guyonan yang mengundang gelak tawa. Ia secara terbuka menyentil anaknya, Maulana Akbar, yang juga turut hadir dalam kesempatan tersebut.
“Saya mah takut anak saya lama-lama di Garut, bisi digerebeg hansip,” ucapnya sambil tertawa, menyindir ringan soal kedekatan Maulana Akbar dengan Wakil Bupati Garut.
Di lain sisi, candaan tersebut menjadi sebuah pemecah suasana dan menunjukkan gaya khas Kang Dedi yang tetap membumi meski berada di posisi strategis sebagai gubernur. Hal itu juga memperkuat kesan hangat dan kekeluargaan dalam acara tersebut.
Pendidikan Karakter Lewat Budaya Sunda
Program Nyaah ka Indung merupakan inisiatif yang digagas untuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal sejak dini. Pendidikan karakter, sopan santun, tatakrama, serta penghormatan terhadap orang tua, khususnya ibu, menjadi inti utama dari kegiatan ini.
Dalam sambutannya, Kang Dedi menyampaikan bahwa peradaban dan masa depan bangsa terletak pada kualitas budi pekerti anak-anak, dan semua itu bermula dari rumah dan sosok seorang ibu.
“Didikan seorang indung adalah madrasah pertama bagi seorang anak. Jangan lupakan akar kita sebagai urang Sunda. Hormat ka indung téh lain sakadar budaya, tapi bagian tina iman,” tegasnya.
Penampilan Mengharukan dari Siswa-Siswi
Tak hanya pidato dan sambutan, acara juga diisi dengan penampilan seni dari sejumlah siswa sekolah dasar dan menengah yang menampilkan lagu-lagu bertema kasih sayang seorang ibu. Salah satu lagu yang menggetarkan emosi hadirin adalah lagu “Ka Asih Indung”, ciptaan langsung dari Kang Dedi Mulyadi.
Alunan lagu yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan membuat suasana menjadi syahdu. Banyak tamu undangan dan peserta yang terlihat menitikkan air mata, terharu akan makna dalam lagu tersebut.
Dukungan Pemerintah Daerah
Bupati Garut, Syakur Amin, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasinya atas digelarnya program Nyaah ka Indung di Garut. Ia menyebut program ini selaras dengan visi pembangunan Kabupaten Garut yang tidak hanya fokus pada infrastruktur, tapi juga penguatan karakter dan budaya.
“Garut adalah kabupaten yang lekat dengan tradisi. Kita harus menjaga dan menanamkan kembali nilai-nilai itu kepada anak-anak kita. Dan program ini sangat relevan,” ujar Syakur.
Membawa Nilai Budaya ke Arah Modern
Acara Nyaah ka Indung ini menjadi bukti bahwa pendekatan budaya dan emosional tetap relevan di era modern, bahkan menjadi cara yang efektif dalam membentuk generasi muda yang berkarakter.
Dengan menghadirkan sosok pemimpin yang dekat dengan rakyat seperti Kang Dedi, serta figur muda seperti Putri Karlina, acara ini berhasil menyampaikan pesan moral yang kuat, menyentuh, sekaligus membanggakan.
Program ini bukan hanya sebuah seremoni, melainkan ajakan kolektif untuk kembali kepada jati diri bangsa: menghormati ibu, membangun keluarga yang beradab, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. (**)