
Garut,Ruangrakyatgarut.id – Tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat, apalagi jika menyangkut ikatan emosional dan spiritual seperti yang terjalin di antara para alumni IYC ’95 Pondok Pesantren Darul Arqom Garut. Akhir pekan kemarin, momen langka dan penuh makna itu akhirnya terwujud dalam sebuah reuni akbar yang digelar di Crater Kamojang Glamping Camp, sebuah kawasan alam di lereng Kamojang yang sejuk dan asri.
Reuni ini diikuti oleh 43 keluarga alumni lengkap dengan istri dan anak-anak mereka. Suasana penuh keakraban langsung terasa sejak awal kegiatan, karena selain menjadi ajang temu kangen setelah sekian lama tak bertatap muka, acara ini juga menjadi ruang silaturahmi lintas generasi dan profesi yang terlahir dari lingkungan pesantren yang sama.
Acara ini diselenggarakan bertepatan dengan momen perpisahan santri angkatan tahun ini dari Pondok Pesantren Darul Arqom, meskipun pelaksanaannya dilakukan di tempat berbeda.
Namun semangat yang menghubungkan dua peristiwa ini tetap seirama: merayakan perjalanan spiritual dan sosial dari sebuah institusi pendidikan Islam yang telah memberi warna dalam kehidupan para alumninya.
Hadir Menteri, Bangkitkan Kenangan dan Harapan
Salah satu momen paling membanggakan dalam reuni ini adalah kehadiran Dr. Raja Juli Antoni, M.H., Ph.D., alumni yang kini menjabat sebagai Menteri Kehutanan. Sosoknya tidak hanya menjadi kebanggaan bersama, tetapi juga simbol dari perjalanan panjang dan dinamis alumni Darul Arqom menuju posisi strategis dalam pemerintahan nasional.
Raja Juli, yang dikenal dengan karakter egaliter dan intelektualitasnya sejak masa mondok, menyampaikan kesan yang menyentuh. Ia menekankan pentingnya menjaga jaringan alumni bukan sekadar sebagai nostalgia, tapi juga sebagai modal sosial untuk berkontribusi lebih luas pada masyarakat.
“Teman adalah anugerah, dan masa lalu kita di pondok adalah kekuatan yang membentuk kami semua. Reuni ini bukan hanya pertemuan, tapi pernyataan bahwa kita siap terus terhubung dan menginspirasi,” ujarnya.
Cerita-cerita ringan namun bermakna pun mewarnai pertemuan ini. Mulai dari kisah klasik santri yang makan kerupuk dengan kecap dikenal dengan istilah “capruk” dalam bahasa Sunda—hingga obrolan seputar dinamika profesi masing-masing alumni di dunia kerja saat ini. Semua menjadi penanda bahwa meski waktu memisahkan, jiwa mereka tetap satu.
Datang dari Segala Penjuru Nusantara
Uniknya, reuni ini tidak hanya dihadiri alumni dari wilayah sekitar Garut, Bandung, dan Jakarta. Sejumlah peserta datang dari luar Pulau Jawa, menandakan bahwa jaringan alumni IYC ’95 telah tersebar luas dan tetap solid.
Tercatat dari Pekanbaru hadir Didi Winarsyah, Dede Firmansyah, dan Budi Hidayat. Dari Pontianak hadir Muhammad Yusmayadi dan Hidayat Oxender. Sementara dari NTB hadir Thoriq Husen Alqadry, serta dari Banten hadir TB Yayan Miftahul Jannah.
Turut hadir pula tokoh-tokoh penting dalam jaringan alumni seperti Dr. H. Ijang Faisal dan H. Ubaedillah yang dikenal sebagai keponakan Wakapolri. Mereka semua menunjukkan antusiasme luar biasa dalam menjaga tali persaudaraan yang telah terjalin sejak bangku pesantren.
Silaturahmi, Refleksi, dan Inspirasi untuk Generasi Emas
Reuni ini bukan sekadar nostalgia, tetapi juga sarana refleksi. Para alumni saling berbagi pengalaman, termasuk keberhasilan dan kegagalan yang telah mewarnai perjalanan mereka.
Diskusi informal seputar peran alumni dalam menghadapi tantangan sosial, pendidikan, dan keumatan turut mewarnai sesi-sesi di tengah kesejukan alam Kamojang.
Dalam sambutan perpisahan, salah satu panitia menegaskan bahwa reuni ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi penerus, khususnya anak-anak para alumni.
“Biarkan mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat, dukungan, dan teladan. Dari reuni ini, kita wariskan nilai: mengenali diri, mengejar passion, dan menjemput takdir terbaik,” ucapnya.
Penutup yang Manis dari Sebuah Pertemuan
Acara ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah, menguatkan kembali bahwa keluarga besar IYC ’95 adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang Pondok Pesantren Darul Arqom Garut. Rasa syukur, haru, dan semangat tergambar jelas di wajah setiap peserta yang hadir. Mereka sadar, kebersamaan ini bukan akhir, tapi awal dari babak baru silaturahmi yang lebih erat dan bermakna.
“Terima kasih kepada seluruh panitia yang telah merancang dan mengatur acara ini dengan sangat baik. Salut dan hormat dari kami semua. Reuni ini bukan hanya kenangan, tapi juga energi untuk terus melangkah bersama,” tutup salah satu peserta. (**)